"Buka kamera anak-anak!"
Kalau mendengar perkataan ini, jadi keingat laporan yang diberikan wali kelas tentang masalah anak murid yang terjadi di kelas.
Merasa empati untuk semua guru kalau sudah begini. Seribu satu alasan yang banyak dilontarkan. Salah satunya dari yang tercinta hehehe.
"Malu, Ma. Jelek nih, mukanya lagi jerawatan."
Atau "Duh belum keramas. Rambutnya berminyak."
Enggak tahu kalau alasan dari murid yang lain.
Ada banyak alasan untuk tidak mau membuka kamera. Berpikiran positif saja sebagai mama. Ternyata ..., kalau diperhatikan lagi, kalau anak-anak tidak membuka kamera pasti terpecah perhatiannya. Kadang bisa membuka aplikasi lain. Ngobrol dengan teman via chat.
Akhirnya, wali kelas memberikan informasi kepada orang tua supaya anak-anak bisa membuka kamera di Laptop atau gadget lainnya dalam mengikuti pelajaran secara online. Semua mama mendukung.
Gimana caranya memberikan masukan atau perintah kepada anak-anak, sedikit ribet juga. Menasehati secara perlahan.
"Harus buka kamera dalam belajar. Biar kelihatan wajahnya yang cantik. Hehehe sekalian dirayu. Nanti kalau di grup mama ... mama, dapat pujian keren dong. Biar mama senang nama anaknya disebut."
Aih ..., itu cerita dari sudut mamanya sang murid yaa ....
Terus kalau mama yang jadi guru bagaimana? Karena sekarang ada sampingan mengajar kelas E-book untuk para penulis. Sebetulnya enggak mau juga menulis tentang diri sendiri yang memposisikan sebagai guru. Cuma karena ada masalah seperti ini jadi membuat sedikit renungan untuk diri sendiri. Kalau pas yang baca tulisan ini sang murid maafkan sebelumnya, karena mengeluarkan sedikit kesedihan.
Semangat tinggi untuk setiap pencapaian yang di dapat. Mempunyai kelas untuk mengajarkan materi yang dikuasai itu sesuatu yang menyenangkan. Senang ... berteman dengan teman baru yang sama-sama mempunyai semangat untuk maju. Apalagi setiap jam untuk sharing materu semua sudah standby di kelas. Walaupun hanya secara online. Tapi rasanya merasa dihargai. Apalagi kalau pas ditanya ada yang menjawab. Berarti semua murid memperhatikan, dan menganggap ada guru yang mengajar di kelas. Ah! Semangat. Terus kalau momen sedihnya ..., pas kasih materi murid enggak ada di kelas. Padahal sudah tahu jamnya untuk standby di kelas. Memang sih muridnya pada pintar. Pasti lebih pintar dari gurunya hahaha. Ah jadi baper.
Sayang sudah bayar tapi tidak dipergunakan kesempatan untuk belajar lebih lagi. Barangkali semua sudah pada mengerti. Berharap sih, tidak ada karma yang terjadi. Huss .... Doa yang terbaik buat anak murid semua yang baik.
Menjaga perasaan susah juga. Mau marah gimana? Berdoa saja untuk semua, supaya ilmu yang diajarkan bisa berguna. Walaupun hanya membaca saja materi yang di share anak murid bisa mengaplikasikannya di dalam kehidupan tulis menulisnya.
Love, Audy
Klik 👉👉 All about Me