Menjual nama ibu sendiri itu boleh boleh aja. Dalam artian positip yaa.
Dekat rumahkan ada Koperasi, nah dekat koperasi ada toko yang menjual barang-barang kebutuhan pokok dan lainnya.
Toko ini diurus sama Koperasi. Jadi Barang kebutuhan di suplai oleh anggota koperasi.
Dulu sih udah pernah jadi anggota, karena pindah daerah jadi ditutup. Kasihan kalau nyuruh ibunda bolak balik ngurusin tabungan koperasi. Padahal asik juga nabung, enggak perlu uang besar di sini. Karena Koperasi kan nabungnya ada minimal tiap bulannya.Tapi ya sudah. Sudah lewat masa itu.
Sekarang ceritanya lagi mau coba usaha offline. Masarin buku hasil cerita sendiri. Walaupun dalam bentuk Antologi, tetap harus ada andilnya dalam memasarkan buku.
Eh, kalau dirimu gimana?
Sebelum masuk "rumah orang" biasanya menyapa dulu yaa. Begitulah kira-kira yang diriku lakukan.
Bertanya apa bisa, bla ... bla ....
"Wah, ibu anggota Koperasi bukan?"
Sudah pasti jawabnya "tidak!" Ada rasa pesimis akhirnya menggelitik di hati. Yah gagal!
"Sebetulnya dulu anggota sih!" Tapi karena pindah jadi ditutup.
"Memang ibu tinggal di mana?"
"Di Ligar Cantik."
"Wah dekat sama ibu Joris ya?"
"Saya anaknya!"
"Ibunda anggota koperasi tuh!" ujar ibu penjaga toko.
Wah kesempatan seperti terbuka. Suasana yang tadinya sedikit kaku menjadi lebih luwes.
"Oh kalau begitu nanti ketemu bapak anu!" Nama bapaknya dirahasiakan yaa. Barangkali nanti beliau baca cerita ini, tidak ada masalah di belakang. Lol.
Akhirnya, titip nomer Whatsapp saja di sebuah kertas. Karena beliau sedang ada tamu belum bisa di ganggu Barangkali nanti bisa bertemu dengan bapak "anu".
Untung rumah tidak begitu jauh dari tempat koperasi. Jadi bolak balik ke tempat ini enggak masalah.
Semoga saja berhasil.
Love, Audy