Menu

 

Membedah Diri Sendiri





Membedah Diri Sendiri



"Sepertinya senang menulis ya?" Begitu kira-kira pertanyaan yang sering dilontarkan setelah melihat tulisan saya dimedsos.

Biasanya saya jawab dengan kalimat standar, "Iya betul"

"Bagus gambarnya."

Saya merasa seperti di awang-awang dengan banyaknya pujian yang ditunjukkan.

Selain saya sebagai penulis, mengajar cara membuat Ebook, membuat konten video, juga penunjang penulisan seperti Canva, aplikasi gambar harus saya kuasai.


Baca juga : cara membuat Ebook

Semua saya pelajari dengan otodidak. Hanya karena penasaran! Semua saya pelajari tanpa bantuan orang lain. Pertanyaan dan jawaban biasanya saya tanya ke "Mbah Google"

Sebagai mentor kelas penulisan Ebook kadang merasa apa yang lakukan masih belum maksimal.

Barangkali kurang untuk iklannya, atau lebih sulit dimengerti apa yang saya materikan.

Melihat mentor kelas lain yang bersemangat, membuat sedikit iri di hati. Saya enggak mau munafik- lah.

Barangkali rejeki orang enggak pernah tertukar.

Masih bertanya dalam hati, "apasih mentor itu? Apa dengan coaching?"

Kalimat yang kadang diucapkan berulang kali oleh Ceo Indscript Creative Indari Mastuti. Salah satu mentor saya yang sangat saya idolakan. Dari beliau arah penulisan saya menjadi lebih baik, dan banyak perjalanan penulisan saya dimulai dari kelas penulisan yang beliau ajarkan. Seperti membuat penulisan solo, antologi, sampai penulisan Ebook yang sekarang saya tularkan kepada perempuan lain.













Beliau sebagai pemerhati perempuan, yang rajin memberikan ilmunya, keahliannya untuk memajukan semua perempuan. Walaupun kegiatannya banyak, tapi beliau masih ada waktu menambah ilmu untuk diri sendiri.

Mentor dan coaching rasanya hampir mirip sama-sama mengajar. Kalau dari kamus bahasa Inggris, mentor artinya pembimbing sedangkan coaching artinya pelatih.

Dalam mentoring terdapat evaluasi, sehingga peserta bisa meningkatkan kemampuan mereka dan belajar dari kesalahan yang telah lalu. Mentor mengarahkan peserta ke arah masa depan yang lebih baik. Sementara coaching, manfaatnya adalah untuk membantu Anda berpikir kreatif dalam mengembangkan ide untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.Jadi setiap masalah dicari solusinya oleh diri sendiri. Coaching hanya memberikan pertanyaan apa yang harus diri kita lakukan, sehingga menemukan solusi sendiri.

Kalau yang saya tangkap, dari tulisan di atas, mentor sudah menetapkan tujuan, dan langkah yang harus dicapai," begini loh caranya!" Sedangkan coaching, lebih banyak bertanya, "tujuan kamu apa? Sudah ada ide untuk mencapai tujuan kamu?"

Setiap orang memang perlu menggali bakat di dirinya sendiri. Apa dia termasuk seorang mentor atau coaching. Rasanya saya mulai memilah-milah memori yang ada, bagaimana sebetulnya pengajaran yang pernah dilakukan, dan akhirnya saya melabelkan diri saya hari ini, sebagai seorang mentoring.

Entahlah kalau "jam terbang" saya sudah tinggi, barangkali bisa berubah. Siapa tahu!




AJ

Love, Audy Jo




Cek Tulisannya di Kompasiana




Share:

Sekeping Surga di Sumatera Utara Blog Competition Kompasiana


Sekeping Surga di Sumatera Utara



Heritage of Toba, sekeping surga yang Tuhan titipkan di Sumatera Utara. Dengan alam yang membentang dari sudut manapun sungguh mempesona.
Share:

Menarik Nafas lebih Dalam, Mendapat Ketenangan




Apa pun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia.



Sudah dapat ide permainan apa yang akan ditulis.

Sudah review juga, tiba-tiba ... mba idenya sudah ada yang buat. Maaf harus dirubah karena beliau sudah daftar duluan.

Waduh! Mendadak. "Kapan ya duluannya? Kok enggak pernah lihat.

Ya sudahlah, cari judul permainan lain. Sambil berpikir kira-kira permainan apa ya? 

Rasanya sudah hampir semua menulis permainan yang ada waktu kecil.

Ikut enggak, ikut enggak. Rasanya mau mundur aja. Rasanya, tiba-tiba yang namanya freeze terasa benar. Tidak bisa berpikir. Akhirnya tarik nafas, tenang ... tenang.

Oh, Google .... Inilah teman setia dikala susah atau senang jari akan cepat mencari sesuatu. Akhirnya apa yang dicari dapat. 

Berpikir pola apa yang akan dipakai dalam penulisan. Ah akhirnya selesai juga. 

Yang mau dibagikan itu dari pengalaman hari ini. 

Apa yang menjadi tekanan kalau diterima dengan tenang pasti dapat jalan keluarnya. Bisa berpikir apa yang harus dilakukan.

Semangat buat diriku.



Love, Audy 

Cuap-cuap Akoe



Share:

KELAS PEREMPUAN GRATIS








Selamat Pagi Miss Semua ....

Belajar tidak mengenal usia.
Mau muda ataupun tidak muda.
Selama Tuhan masih memberikan kita kesempatan. Pergunakan waktu dengan baik.

Sesuatu yang baru bisa menambah pengetahuan kita.
Yang belum tahu, ayo belajar tahu.
Susah? Semua yang pertama itu susah, apalagi tidak mencoba melakukan.

Miss sudah kenal Ebook?
Tempat bertanya Ebook
Gunakan kesempatan mengenal EBook yuk!

Love, Audy

Sharing Kelas KeNal EBook

#kelasperempuan
#indscriptbusinesswomenuniversity 
#mentor



 

Share:

The Power of Emak-emak


"Berhenti menulis Blog?"

Hahaha enggaklah!

Nih, tulisan yang dimunculkan! Ada beberapa tulisan yang dibuat dan di share di platform lain. Jadi tulisan di personal blog tidak dipublikasikan.

Hari ini, tulis menulis lebih santai. PR menulis "CERNAK", cerita anak sudah selesai. Apalagi yang sangat menguras tenaga dan pikiran penulisan di platform Kompasiana. 

Event yang diadakan Kompasiana tanggal 15 September kemaren seru banget! "Blog Competition, Heritage of Toba".

Dalam hati berani ikut kompetisi hahaha. Diberanikan saja, sekalian belajar mengenal daerah lain di Indonesia.

Mencari referensi, dengan membaca dari Google, Wikipedia.  "The Power of Emak-emak", bertanya pada teman perempuan.

Rasanya, data-data yang didapat sepertinya cukup, dan mulailah menulis.

Kerjaan emak-emak stop sampai sini? No!

Seperti hari ini, hadir di dua kelas. Walaupun materi yang dibagikan sama, tetap saja memutar otak. Memberikan ilmu yang terbaik untuk kelas. Berharap apa yang dibagikan bisa bermanfaat dan bisa ada ide yang dapat muncul.

Sayang ilmu yang sudah di dapatkan tidak dibagikan. Walau memang tidak semua ilmu dibagikan. Namanya juga berbisnis dalam Pendidikan hahaha sedikit geli di hati.

Selesai sharing, cooling down untuk melanjutkan sesi zoom kelas penulisan CERNAK, cerita anak, yang sekarang masuk dalam pembahasan review naskah.

Semoga siang ini lancar. Lancar internetnya. Setiap pukul dua siang biasanya suka "freeze" internetnya. 



Love, Audy

Cuap-cuap Akoe


Share:

Cara Membuat E-Book




"Keren, Mbak!"

"Go Internasional, nih!"

Share:

Gebrak Meja Sebelum Kenyang




"Gebrak Meja Sebelum Kenyang"

Ceritadiri.com ~ Kalau membaca judul tulisan bikin geli sendiri.

Share:

Pembelajaran Tatap Muka Terbatas






Hampir saja terlewatkan pertemuan orang tua murid dengan sekolah yang diwakilkan kepala sekolah dan para guru.

Terlalu asyik dengan dunia sendiri. Dunia penulisan. Sebagai mentor kelas E-book banyak yang ingin dibagi dengan teman-teman yang baru. Membentur persoalan yang ada. Bagaimana caranya untuk tidak mengumbar technical cara pembuatan E-Book.  Kasihan kelas yang berbayar.

Apalagi hari ini badan seperti lelah banget. Barangkali efek dari vaksinasi kemaren sore.

Enggak tahu gimana bisa tersadar kalau ada janji pertemuan dengan sekolah.

Dengan kondisi badan yang kurang fit masih bisa bersyukur karena ada suami yang menemani. Bisa berdua hadir melalui zoom untuk bertemu dengan para guru. 

Pertemuan kali ini membahas tentang PTMT pembelajaraan Tatap Muka Terbatas.

Pertanyaan yang diajukan " Apakah sebagai orang tua mengijinkan anaknya masuk sekolah.

Sekolah sudah mendapat ijin dari Satgas covid 19. Dari dinas pendidikan juga.

Masalah yang ada apakah orang tua setuju atau tidak. 

Karena yang dimaksud bisa hadir di sekolah dihitung dari  25% dari jumlah orang tua yang setuju.

Semoga apa yang dicanangkan pemerintah bisa berjalan baik. Anak-anak bisa masuk sekolah dengan kebiasaan yang baru. Bukan mama enggak setuju anak-anak sekolah online di rumah, tetapi kalau bisa bersekolah mama di rumah bisa ada waktu istirahat untuk tidak mengomel setiap hari. Lol.


Love, Audy

Ceritadiri.com



Share:

Bersusah Payah Dahulu

 



Apa pun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia.



Bacaan ini juga di Kompasiana



Seperti mengejar apa aja.

Hampir beberapa bulan ini, sejak dapat hasil "nilai biru" setiap tempat vaksinasi di datangi. 

Walaupun begitu enggak semua mau di masuki. Dilihat saja dari jauh, kalau lihat antrian panjang ga jadi vaksinasi.




Kalau umur masih muda enggak masalah. Antri berjam-jam. 

Emang malas antri?

Dengan kondisi sekarang memang malas antri. Apalagi bertabrakan dengan jadwal makan. Enggak bisa sembarangan menguyah sesuatu.




Ada takaran, ada waktunya. Jadi selalu berharap ada tempat vaksin yang kosong. Kalau enggak ada masalah sudah pasti tempat vaksinasi dimanapun dijabani.

Dan lagian harus bisa vaksinasi dengan si kecil yang berumur 12 tahun.

Akhirnya kesempatan itu datang juga.

Ceritanya tuh keponakan cewek vaksinasi ke 2 dari sekolahnya. Mamanya cerita kalau mau vaksin hari minggu sore. Disuruh datang ke Grand Eastern. Oh ok. "Memang bisa langsung?" Enggak tahu juga, infonya begitu kata beliau. Ya sudah sambil mengiyakan info tersebut, sambil berharap info yang didapat benar.






Pas hari H nya, datanglah aku dan suami berkunjung ke tempat yang sudah diberitahukan. 

Ternyata! Jadwal baru esok senin dimulai jam 08.00 pagi. Sedikit kecewa. Tetapi ya sudah.

Hari kedua berarti hari senin, datang lagi pagi hari. Ternyata wah antrian panjang banget. Hampir gagal lagi. 

"Coba tanya, Pa!" Bertanya dengan petugas yang ada. Bagaimana cara untuk ikut vaksinasi.

Ternyata yang antri memakai link yang dapat dari gereja. Jadi beberapa gereja dijadikan satu. Dapat info disuruh datang pukul 14.00 siang. Ya sudah! 

Setelah zoom yang diadakan salah satu mentor di IIDB grup telegram, berangkat ke tempat vaksinasi. Duh lewat dari pukul 14.00 kekuatiran sedikit melanda.

Sesampainya di tempat vaksinasi, wahh ... sudah kosong! Bagaimana ini. Nah kalau sudah begini pepatah Malu bertanya sesat di jalan. Malu bertanya gagal vaksinasi lagi.

"Langsung saja, Pak. Ke lantai 3."  Di lantai 3 bertemu petugas yang mendata diri. 

Asyik, akhirnya bisa masuk.




Ditanya riwayat kesehatan bla..bla.. cek tensi, keluarkan surat yang nilai kesehatan berwarna biru.


Setelah disuntik menunggu di area observasi, dan melaporkan kalau sudah di vaksinasi. 
Hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan surat keterangan dan jadwal selanjutnya vaksinasi ke dua. 

"Asyik banget nih surat keterangannya, Ma!" Seru suami. Karena beliau tidak mendapatkan info keterangan langsung sesudah di vaksinasi di tempat lain. Jadi hanya mendapatkan seperti sebuah buku vaksinasi.


Akhirnya ... ketakutan hari ini terlewatkan.
Pas lagi penulisan ini ada kekuatiran juga karena sedang merasa-rasa "apa yang sedang terjadi di tubuhku?"

Eits ... masih besambung ceritanya.

Ternyata!

Suami memberitahukan kalau vaksinasi ini untuk anak 12 tahun+ bisa! 

OMG

Anak bungsuku tertinggal di rumah. Enggak menyangka kalau ini bisa diperuntukkan untuk anak remaja. Kalau dilihat dari banner ditulis dari 18 tahun.

Soo dengan kekuatan yang ada kami berdua menjemput si kecil. Di Whatsapp  untuk mempersiapkan diri secepat mungkin.

Kenapa buru-buru?

Info dari panitia tutup pukul 16.00. Sedangkan di jam tangan sudah pukul 15.30. Kalaulah mobil ini bisa terbang, dalam hitungan detik sudah sampai di depan rumah menjemput si kesayangan.

Butuh waktu untuk pulang pergi 20 menit. Sesampainya di tempat vaksinansi pukul 16.20. 
Berharap semua masih ada. Ternyata "Puji Tuhan" masih bisa.




Akhirnya kesayangan papa mama bisa juga di vaksin.

Ada beberapa momen dari kesayangan yang mama abadikan. 



Cek tensi.



Persiapan di suntik. Diberi alkohol

Posisi disuntik 1


Suntikan yang diberikan. Wajah biasa aja. Good job girl









Akhirnya aku dan si bungsu sudah di vaksin,  artinya kami sekeluarga sudah di vaksinasi walaupun belum selesai ke tahap 2.

Betapa untuk memulai lebih susah dari orang lain. Mulai dari pindah domisili dari daerah panas ke tempat dingin. Adaptasi dengan cuaca ekstrem, kebiasaan makan, tidur yang berbeda.

Salam sehat. 



Love, Audy







Share:

Tolong Enggak, Enggak Tolong

 




Bacaan ini juga di Kompasiana


Ah ga sopan dan pantas mau foto orang yang lagi berbaring bergelojotan atau kejang-kejang seperti merengang nyawa.

Ceritanya bermula ketika mampir ke toko di daerah perumahan. Toko serba ada atau Mini market dengan nama yang terkenal.

Oh iya cerita tentang mini market dulu nih. Dulu ada mini market yang kurang terkenal berdiri di sini. Enggak tahu juga ceritanya bagaimana. Mini market yang lama ditolak di perumahan ini. Isu yang terdengar karena tidak ijin dengan yg ada di perumahan dan menyalip toko kecil yang dibuat koperasi. Aih enggak ngerti juga sih perbisnisan retail.

Akhirnya ... tutuplah "dia" diganti dengan mini market yang terkenal.

Senang juga ada toko serba ada di perumahan. Kenapa? Rumah jauh di bukit, perlu waktu untuk ke daerah " bawah" untuk berbelanja keperluan harian. Walaupun tetap harus ke toko serba ada yang lebih besar atau Supermarket untuk mendapat barang yang dibutuhkan.

Ya sudah begitu cerita tentang toko serba ada yang bikin dunia menjadi menyenangkan.

Tadinya malas mau turun karena sudah mandi. Kan jaman pandemi ini setiap habis keluar rumah, kembali ke rumah harus mandi bersih. Kalau enggak di protes sama pak boss. Lol.

Ijin dulu pak boss enggak turun dengan perjanjian sampai rumah enggak keramas hehehe ... dingin ....

"Ya sudah, Papa turun dulu belanja!"

"Iya." Sambil melihat raut muka suami yang seperti kaget melihat sesuatu di belakang samping kiri mobil.

Menoleh dong ke kiri melihat arah yang dipandang suami.

Ohh! Ada sesosok lelaki yang tergeletak di parkiran mobil di samping kedai mie bakso. Dikelilingi beberapa orang yang memperhatikan laki-laki yang berbaring di tanah berdebu.

"Tiba-tiba bergelojotan nih!" terdengar seruan seseorang. 

"Sakau sepertinya."

Banyak yang menduga-duga sambil memperhatikan.

"Duh bagaimana ini!" Ketakutan melanda tiba-tiba. Takut tiba-tiba diminta pertolongan suruh mengantar ke rumah sakit. 

"Munafik jadi orang!" Apa boleh buat enggak suka cari masalah apalagi dijadiin masalah.

Akhirnya meloncat keluar mobil, sambil berteriak ke suami, "ikut, pa!"

"Kok ketakutan?" Kata suami.

"Malas kalau duduk di mobil, tiba-tiba ada yang ketuk, "tolong antar orang ini kerumah sakit, bu! Hiiii!"

Flashback mengingat ketika masih kuliah ingin menolong orang, tapi dituduh aku dan adik-adik menabrak orang yang berbaring di jalan. Jadi sedikit tabu menolong orang yang tidak dikenal. Kalau menolong orang yang dikenal ada juga sih. Seperti yang mau melahirkan. Ampunnn ... kalau ingat peritiwa ini. Merinding.

Sambil mulai berbelanja memperhatikan sekeliling. 

Lelaki yang tadi kolaps sudah duduk di depan toko serba ada. Walaupun sepertinya belum sadar 100%. Untung ada temannya yang menemani.

Cepat-cepat kabur dari sini.

"Rasanya kok aku merasa sedih ya, pa? Kalau sebagai mama melihat anak seperti itu. Gimana kalau mamanya tahu. Sedih banget pastinya." Naluri keibuan tiba-tiba berbicara melihat kesakitan yang terlukis dibadan.

Sore yang kelabu.



Love Audy

All About Me

Cuap-cuap Akoe 


Share:

Menjadi Lebih Baik?

 



"Ampun 4 hari skip nulis di Blogger."

"Kemana aja bu?"

"Enggak kemana-mana sih!"

Pertanyaan sendiri dan dijawab sendiri. Begitu kira-kira kalau diri ini ada dua rupa. Yang satu si pemalas dan yang lain si rajin.

Menulis masih terus walaupun tidak sepanjang seperti di blogg.  

Apalagi sekarang didaulat menjadi seorang mentor kelas ebook dari Indscript Bussineswomen University rasanya banyak yang perlu dibuat. Mulai dari materi, banner kelas, menawarkan kelas sampai mulai mencari reseller untuk jual kelas.

Semua adalah hal baru yang harus dilakukan. Tapi siapa takut.

Selain jadi mentor bisa juga menjadi leader dan reseller. Semua dipelajari satu persatu. 

Sebetulnya sedikit lelah kalau semua dikerjakan. Enggak fokus. Memang lebih enak ngajar, walaupun suka jualan juga.

Pas hari H PTL banyak juga yang ikut kelas perkenalan E-Book. Semoga semua lancar.


Love, Audy

Cuap-cuap Akoe 



Share:

Yang Hangat di Udara Dingin

 


"Makanan yang Bikin Nagih"

Ceritadiri.comPernah enggak kepikiran, "Kenapa kalau bakso atau yang berkuah panas paling enak makan di Bandung?" 
Share:

Skoliosis Apa Itu?




Mencuri perhatian nih tulisan di depan. Penasaran apa sih Scoliosis?

Nambah ilmu darimana saja. Yang di depan mata bisa nambah ilmu juga hehehe. Yang tadinya enggak tahu, jadi tahu.

"Yuk coba perhatikan sekeliling,  siapa tahu ada yang bisa sobat share."







Apa sih Skoliosis?

Lengkungan di samping tulang belakang. Skoliosis paling sering terjadi selama percepatan pertumbuhan sebelum pubertas.

Membutuhkan diagnosis medis

Kebanyakan kasus adalah kasus ringan dengan sedikit gejala. Beberapa anak mengalami deformitas tulang belakang yang menjadi lebih parah saat mereka tumbuh. Skoliosis parah bisa menyakitkan dan melumpuhkan.


Orang mungkin mengalami

Area nyeri: punggung
Juga umum: kelainan bentuk fisik,
miring ke satu sisi, otot tegang
atau pinggang tidak sejajar

Perawatan:

*Pengobatan tergantung pada tingkat keparahan Seringkali, perawatan tidak diperlukan. Terkadang diperlukan penopang/brace atau operasi. 

*Perangkat: Penopang tulang punggung

*Bedah : Transplantasi tulang dan Fusi tulang belakang

*Perawatan diri : Latihan fisik

*Terapi : Peregangan otot


Semoga bermanfaat.


Love Audy


Share:

Pilih Kotor atau Bersih



Ceritadiri.com ~ Enggak boleh pelihara kucing. Huhuhu ....
Share:

Ketemu Healthy Food

 


Ceritadiri.com

(2/9/21)

Pagi tadi.

Share:

Caranya Bagaimana, Ma?

 


Semoga ANAK-ANAK lelaki kita seperti tanam-tanaman yang tumbuh menjadi besar pada waktu mudanya; dan ANAK-ANAK perempuan kita seperti tiang-tiang penjuru, yang dipahat untuk bangunan istana!


Ceritadiri.com ~ Zoom pertama kali di masa perkuliahan Fakultas Desain dan Tehnik. 

Share:

Mengupgrade Diri Menerima Tanggung Jawab

 


Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu. 



Masa Pandemi belum berakhir, PPKM masih diperpanjang sampai 6 September. Duh! Lama banget.

Belum dapat info level PPKM kota Bandung  berapa ya?

Perasaan bosan ... hari ini sudah mulai bisa diatasi. Sudah beberapa hari rasanya mau melakukan sesuatu  malas. Hanya mau berbaring nonton saja. 

Ada kekuatan baru hari ini. Mulai menata kembali talenta yang sudah Tuhan berikan. 

Menghubungi kembali tempat awal  belajar menulis grup yang penuh dengan perempuan yang strugle. Meyampaikan keluhan dan bagaimana jalan keluarnya.

Wow PTL sangat cepat jawaban yang diberikan dan jalan keluarnya. Aih keren. Jadi sedikit malu juga karena kalau dibandingkan sang mentor,  beliau lebih strugle menghadapi persoalan.

Bermula dari sakit dan masuk rumah sakit di awal tahun. Semua perjalanan mentoring menjadi menurun. Apalagi masalah yang datang bertubi-tubi datang. Rasanya keinginan untuk berkarya menurun 50%. 

Enggak ada yang memberikan kekuatan karena semua masalah dipendam sendiri tidak dikonsumsi untuk orang lain.

Bawaan diri melankolis terus. Menyedihkan. Tanpa kekuatan untuk melawan keadaan yang ada.

Sedikit demi sedikit mulai "berdiri" walaupun masih sedikit goyah. Terpaan datang lagi. Setelah masalah hubby sekarang masalah anak dalam mengatasi adaptasi di lingkungan barunya. 

Dengan ramainya pemberitahuan semua harus vaksinasi menjadi masalah tersendiri juga bagi kami sekeluarga khususnya untuk diri ini.

Dengan kondisi yang belum "pas" rasanya sudah mulai beradptasi dengan cuaca yang dingin. Hampir 12 tahun  hidup di daerah panas sekarang di daerah dingin. Rasanya ingin "menjentikkan ibu jari" dan mengucapkan sim salabim semua berubah. Kalau kedinginan ingin sedikit kehangatan. 

Sudah hampir 5 bulan, rasanya badan sudah mulai bersahabat dengan udara yang dingin. Dari baju 4 rangkap plus celana panjang, sekarang sudah mulai berani hanya satu rangkap. Walaupun demikian celana panjang masih sering dipakai karena setiap subuh kaki suka kejang sendiri kalau kedinginan.

Oohh ....

PTL kondisi Hubby dan sulung tidak ada masalah sewaktu vaksinasi pertama, semoga vaksinasi kedua semua lancar.

Untuk diriku karena banyak "PR" merahnya, sudah mendapat lampu hijau dengan surat sakti dari dokter kalau boleh di vaksinasi. Tetapi sampai saat ini belum dapat tempat untuk vaksinasi karena si kecil mau bersama-sama ikut di vaksin.

Mencari informasi kesana kemari belum menemukan tempat vaksinasi yang pas dengan umur mulai 12 tahun. Kalaupun ada harus isi link. Ada yang on the spot tapi pas di datangi antrian sudah panjang. Ah untuk kekuatan diri sudah tidak bisa antri panjang lagi karena asupan makan yang dibatasi dengan waktu. Jadi semua takaran harus dibatasi sesuai anjuran ahli gizi.

Kalaupun mau pergi dilihat waktu yang paling sesuai dengan pola makan supaya tidak kelaparan membabi buta.

Akhirnya ... label sebagai mentorpun di cap sah! Dimasukkan ke grup  Mentor Hebat, sedikit merasa ada tekanan di diri. Tapi semua dilawan, "aku bisa!" gumamku.

Surprise ... sebagai mentor yang sah ada fee yang bisa diterima. PTL. Akhirnya dapat merasakan hasil kerja sendiri. Exciting!

Semoga tanggung jawab yang diterima bisa berjalan dengan lancar. Di dalam grup mentor juga welcome untuk teman baru.

Semoga kelas E-book lancar dan sesuai dengan ekspektasi.



Love, Audy

Cuap-cuap Akoe 

All about me


Share:

"Beranak Cuculah, Penuhi Bumi"



BACA JUGA DI KOMPASIANA


 

Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: "Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi." 


"Child free" versus "Beranakcuculah"

Kalau mau dibilang salah atau benar tergantung dari sudut pandang mana. Dilihat dari agama yang aku anut ada tertulis "beranak cuculah dan penuhi bumi".  Tetapi kalau dilihat dari kenyataan yang ada jaman sekarang, menurut aku yaa ..., kebanyakan pasangan muda prioritasnya berbeda. Lebih "getol" mencari uang ga mau ribet mengurus "keluarga". 

Mencoba melihat "kebelakang" pernikahan indentik dengan menghasilkan keturunan. Kadangkala pasangan yang baru menikah pasti ditanya "kapan punya anak?"

Ah ... seperti pengalaman diri saja. 

Bukan karena pasangan angkatan lama yaa hehehe. Keadaan yang memang terjadi karena kondisi untuk saat itu belum, bukan tidak mau memiliki anak. 

Awalnya hanya ingin menikmati berdua saja. Maksudnya santai saja. Tetapi karena masih dalam lingkungan keluarga yang tradisional mau enggak mau setiap bertemu keluarga inti ataupun keluarga besar ucapan pertama saat bertemu "kapan punya anak?" Satu kali, dua kali, tiga kali ucapan itu seperti angin lalu. Tetapi kalau pertanyaan itu sering datang, namanya "angin badai" di dalam hati.

Akhirnya ..., berusaha untuk mendapatkan. Di dalam perjalanan tidak mudah juga.

Sampai diambil keputusan ya sudah! Hidup berdua saja banyak keponakkan dianggap anak yang bisa diurus. Hidup berdua lebih asyik, bisa jalan kemanapun tanpa bingung dengan adanya "buntut" serasa "bulan madu" terus. Mau pulang malam juga ga masalah.  Kalaupun dimasa tua ga ada yang mengurus masuk saja panti jompo, beres ..., yang penting ada uang bisa bayar.

Jadi ... garis besarnya punya anak itu memerlukan biaya dan waktu yang dicurahkan. Membuat kebebasan secara pribadi hilang. 

Enggak bisa menyalahkan juga untuk anak-anak jaman sekarang yang memilih untuk tidak memiliki keturunan. Apalagi keputusan diambil bersama bukan salah satu pihak saja. Enggak masalah buat mereka berdua. Masalah besar biasanya ada di dalam keluarga besar kedua belah pihak. Kerinduan "Oma dan Opa" untuk melihat keturunannya berlanjut, melihat rupa "sang cucu" idaman. Walaupun kadang di mulut mengiyakan keputusan yang diambil anak menantu tetapi di dalam hati siapa tahu.

Tetapi rencana manusia berbeda dengan rencana Tuhan. Bagaimanapun caranya penolakkan itu tidak bisa membendung apa yang akan diberikan Tuhan.

Tidak bisa ditolak,  mengucap syukur untuk pemberian dua buah hati yang ganteng dan cantik.



Love, Audy

Ceritadiri.com



Share:

Nah AKU Kasih Jendela





Karena ketika suatu waktu aku melihat-lihat, dari kisi-kisiku, dari jendela rumahku, 



"Hati-hati dengan setiap ucapanmu"

Begitu kira-kira nasehat dari orang tua atau pembimbing rohanimu alias Gembala pembina di gereja.

Namun dalam prakteknya kadang semua terlupakan, karena begitu cepatnya pola berpikir untuk menjawab pertanyaan yang dilontarkan.

Seperti tersentak ... ketika pagi ini duduk di depan jendela besar kamar tidur. Menghadap pemandangan Kota Bandung yang penuh sesak. Gedung tinggi terlihat seperti berantakkan dimana-mana.

Seperti ada yang mengingatkan 

"Nah! Sekarang Aku kasih jendela untukmu!"

Woww ... suara itu jelas terngiang di telinga dan juga mengingatkan doa yang sering aku naikkan. "Ah coba ada jendela ya buat lihat pemandangan dari kamar."


***

Duh lagi nulis tiba-tiba emosi datang. Ada suara yang menjelekkan anak lelakiku. Mengeluarkan emosi, ngomel sebentar sambil mewek. Ah tarik nafas dulu ... lanjut.


 ***

Memang kondisi kamar yang lama di rumah BSD tidak ada jendela dengan pemandangan. Adanya jendela dengan nakas bukaan menghadap dinding yang menghirup udara dari asap dapur di bawahnya.

Walaupun begitu masih bersyukur karena bisa mengalihkan perhatian dari meja kerja memandang keluar melihat barang yang ada di lantai bawah.

Kondisi seperti ini yang suka bikin berandai-andai sambil mengadu kepada Yang Di Atas.

Akhirnya ....

Sekarang duduk di jendela yang diinginkan. Tetap saja sebagai manusia masih ada kondisi dirasa kurang. 

Bersyukurlah ....



Love, Audy

Cuap-Cuap Akoe 




 

Share:

Akhirnya ... Vaksinasi pertama.

 




"Untung saja ... cuek aja kita turun ke bawah." Begitu kira-kira sepotong cerita seru yang dilontarkan sang suami ketika mau di vaksinasi.

Sudah beberapa bulan di tempat yang baru, daerah yang udaranya beda banyak persiapan yang perlu dibenahi. Mulai dari adaptasi kondisi badan, makan, pola tidur, kebiasaan baru semua harus disesuaikan dan running well. 

Apalagi mulai dari awal dalam hal kesehatan. Berkas-berkas riwayat kesehatan tidak ada di Rumah Sakit manapun. Memindahkan BPJS membutuhkan waktu. Daftar Rumah Sakit untuk pegangan, sekalian dokter yang menangani harus hapal dengan kondisi badan. Capek mengulang dari awal ... bercerita lagi ... terus menerus. Rasanya berat tapi apa boleh buat harus dilakukan. Dari hasil raport merah sampai akhirnya dapat surat boleh vaksinasi.

Setelah semua berjalan baru mulai melihat keperluan yang lain, seperti vaksinasi ini.

Ikut daftar di dekat rumah, tidak ada quota. Sampai diajak saudara tidak dapat juga. Mau daftar yang tanpa antri minta KTP kota ih kok! 

Ternyata tidak mudah mau di vaksinasi.  Dapat link pertama. Sejak mulai daftar ditolak karena quota penuh. 

Masuk link kedua di tempat yang sama dan berhasil.

Dapat di tanggal 24 kemaren pukul 16 persiapan sudah dilakukan. Info dari yg pernah vaksinasi di tempat ini harus persiapan minum dan makan.

"Coba cek dulu kok ada info suruh datang!" Suami minta di cek WA nya karena ada info terbaru.

WA tempat daftar dengan link pertama ternyata ... tiba-tiba nyuruh datang karena bisa vaksinasi. Pertama bingung kok bisa mendadak. Ternyata ya .... Ada dapat info dari IG tentang "vaksinasi dimana" kalau ada pak menteri yang datang kesana dan sepi, jadi tiba-tiba mengundang yang sudah ditolak weleh ... weleh... memangnya semua orang pada santai pas dapat undangan mendadak.

Yang bingung tuh ... kan sudah dapat jadwal di link yg kedua, dan dapat jadwal tanggal dan waktu kok bisa suruh datang. Sampai sekarang ga habis pikir.

Jadi dari link pertama diundang dan dijadwalkan tgl. 26 untuk Vaksinasi yang mana tanggal 24 sudah terdaftar melalui link kedua untuk vaksin. Hihihi bingung engga bahasaku .... Aku juga bingung  hehehe.

Jadi diabaikan saja info dari link pertama yang awalnya sudah menolak karena quota ga ada.

Ajaibnya pada tanggal 24 sesuai daftar di link kedua hampir saja ditolak. 

Dimana-mana kalau diundang sudah harus siap dan datang sebelum acar dimulai benar enggak? Dapat jadwal pukul 16 otomatis dari rumah pukul 15 karena tidak terlalu jauh tempatnya dari rumah.

Di gerbang pintu masuk dicegat sama sekuriti, "Pak vaksin sudah habis jadi datang besok lagi!" Bengonglah terkaget dong! Wong jadwal pukul 16 kok jam 15:30 ditolak buat vaksinasi. Untung  ... masih ada untungnya. Suami ambil inisiatif " saya coba cek dulu ya pak kebawah!" Gedung Ganesha memang terletak seperti dilembah kalau dilihat. 

Sambil bertanya di sekitar gedung dimana tempat vaksinasi. Sepi ....

Akhirnya ketemu tempat vaksinasi itu. Enggak ada orang tambah bingung deh. Bertanya kepada petugas yang sudah pada santai. "Saya mau Vaksinasi dapat pukul 16 bagimana?" Begitu kira-kira pertanyaan suami. "Bapak dari komunitas atau umum?"

Dijawab dari "umum"

"Sebentar di cek dulu!"

Info yang didapat dari suami kok panitia seperti sudah tidak ada. Dan rata-rata seperti tidak siap, karena sewaktu pencatatan saling bertanya "ini nyatatnya bagaimana, terus gimana bla ... bla ...

"Silahkan bisa, Pak!" Tiba-tiba dari petugas mempersilahkan suami dan anak yang besar boleh vaksinasi bersama empat orang lainnya yang memang jadwal pukul 16.




Akhirnya selesai juga vaksinasi dengan tidak ada kendala setelah di observasi 15 menit.

Hanya ada sedikit tidak berkenan dengan cara pelayanan panitia yang ada mulai dari penjaga pintu di awal kedatangan sampai petugas yang memeriksa. 

Kenapa bisa dibilang begitu? Setahuku sewaktu cek tensi harus mengulang beberapa kali. Ini hanya satu kali dan tensi suami 160/100 mereka mengasumsikan "capek ya habis jalan, Pak?" So ... mustinya suruh istirahat dulu sebentar biasanya untuk diambil tekanan darah lagi beberapa menit kemudian. Nah di sini yang tidak. 

Bersyukur kedua yang terkasih tidak ada masalah. 

Semoga kita selalu sehat.

Giliran sang cewek-cewek jadwal vaksinasi. Lihat faskes yang bisa menerima Ibu dan anak.



Love, Audy

Cuap-cuap Akoe 

Share:



AJPena Online Class

Buletin My World

Klik Ikuti - Untuk Cerita Terbaru

Ebook Audy Jo







Klik Gambar Buku untuk Beli
Pembayaran via : CC, Alfamart, GoPay, OVO

Advertisement