"Enggak jadi lagi!"
Teriakan menggema di ruangan sepi ketika dapat kabar kalau adikku tidak bisa divaksinasi.
Kalimat yang sudah beberapa minggu jadi pembahasan kenapa bisa terjadi. Banyak jawaban dari alasan kenapa tidak bisa divaksinasi.
Begitu juga dengan keluarga kecilku. Mulai dari anak yang paling kecil. Dua hari sebelum di vaksinasi muntah. Dengan riwayat kondisi seperti itu dilarang vaksinasi. Dalam lima hari atau seminggu sebelum vaksinasi harus sehat tidak ada gejala sakit. Akhirnya batal ikut vaksinasi.
Di keluarga besar yang sudah vaksinasi terus menerus mendorong harus cepat vaksinasi. "Concern about our mother" begitu alasan mereka. Ya sudah kalau begitu yang belum vaksinasi ga usah ketemu dulu dengan yang sudah vaksinasi. Untung rumah berlanti dua. Ambil waktu untuk tidak bertemu dengan yang sudah di vaksinasi. Wey ... ada kalimat ga enak lagi didengar "itu tuh diam terus di kamar enggak turun-turun!" Kalau udah gini mau jawab gimana? Cape deh! Hehehe untung ada tempat curhat ya di sini.
Mengurus mau vaksinasi bikin emosi juga. Suami yang ga biasanya komentar jadi ikutan.
"Katanya" semua penduduk harus vaksinasi, tapi ya kok susah ya. Mau masuk mal harus tunjukan data diri kalau sudah divaksinasi. Jangan sampai mau beli keperluan sayur mayur di pasar harus tunjukkan data diri sudah di vaksinasi. Ih jadi menyedihkan!
Dapat dari saudara "ada nih di BRI. "Di daftarin yaa." Ditunggu-tunggu enggak ada kabar. Alhasil habis quota. Weh!
Mau daftar puskesmas terdekat, habis quota juga. Setiap jumat jadwal vaksinasi, ampun ... penuh sampai kejalan.
Putus asa? Enggaklah.
"Sebelum vaksin yang komorbid cek dulu!" Ketemu hasil lab semua merah. "Belum boleh divaksin ya, Bu!" Ah "memble".
Rasanya semua badan di guncang dengan pola yang baru. Memperbaiki "raport merah" dari laboratorium. Kok diri ini merasa "tersiksa" hanya karena sebuah vaksin.
Sesak di dada, tetap saja harus diterima untuk mencapai tujuan utama. Walaupun saat penulisan ini masih belum daftar lagi karena menunggu giliran.
Dari sisi cerita di keluarga yang merasa sehat badannya ada kendala tersendiri.
Mendaftar vaksinasi di kampus yg keren bingit pas daftar ulang malah tidak masuk. Ceritanya quota habis begitu. Infonya juga system bermasalah. Sebagai orang awam "diiyain" ajalah. Dalam kenyataannya ketemu keanehan sewaktu dapat link terbaru untuk daftar lagi bagi yang waiting list.
Di Daftar link yang baru ternyata quota untuk tanggal 20 Agstus masih bisa dipilih. Sedangkan pada link awal quota sudah tidak ada untuk tanggal 20 Agustus. Tetap sebagai warga negara yang baik enggak mau berpikir negatif.
Adik yang dapat jatah untuk vaksinasi pukul 16:00 sepertinya sudah siap. Berangkat tanpa berpikir apa yang akan terjadi di tempat vaksinasi. Ternyata ....
Pilihan jam vaksinasi tidak ada pengaruhnya. Yang dipikir dapat jadwal pukul 16:00 sudah pasti vaksinasi dapat jadwal segitu eh ternyata ... nama besar tidak menjadi jaminan.
Kalau mau disandingkan dengan nama besar, mustinya system canggih bekerja ini kembali ke model jaman "batu".
Antri menunggu 2 jam dengan rasa lapar dan jengkel.
Fungsinya barcode buat apa?
Sampai pada gilirannya ditensi 200/102 sampai 3x dicek ulang. "Tidak bisa vaksin, Bu!" Jadi ditunda dan bisa datang tanpa antri lagi untuk vaksinasi. Akhirnya kembali kerumah untuk memperbaiki kondisi yang ada.
***
Kalau diingat sewaktu keponakkan vaksinasi dari sekolah, yang diselenggarakan Kosdam Siliwangi III jalan Halmahera Bandung sangat cepat pelayanannya walaupun dibedakan per grup tapi cepat banget mulai dari awal sampai obeservasinya, untuk semua grup bukan satu grup saja. Hem ... apa karena dari tentara yaa?
Kalau dilihat dari proses mau vaksinasi kok bikin jadi baper. Barangkali dari umur pengaruh juga. Beda dengan yang masih muda dan kuat. Terus kalau udah gini pengen juga tuh vaksinasi di Kimia farma yang berbayar, enggak pusing mikiran jadwal kedatangan yang diatur dan antrian yang panjang. Suka-suka saja datang kesatu tempat untuk langsung divaksinasi.
Ah dimana tempat vaksinasi seperti itu?
Love, Audy
Ceritadiri.com
Pic. Pixabay
Geralt-Korona injeksi
Pixundfertig-Vaksin