Menu

 

Perbedaan Itu Sedikit

 






"Pergi ga ya, Ma?" tanya Ananda.

Pembicaraan ini sudah dilakukan sejak menerima keputusan terakhir dari kampus, kalau keputusan Dean List dianulir. 

Di awal menerima keputusan, Ananda terpilih menjadi pemenang pertama dan berhak mendapat sertifikat dan yang tunai Rp. 500.000,-

Pernyataan itu tentu saja membuat Ananda senang. Mulailah banyak impian. Mau mengajak saya dan papanya makan enak. Mau ajak adiknya jalan ke mal beli baju. Ah, banyak keinginannya ... tapi tentu tidak sebanding dengan uang yang akan diterima. Tetapi begitulah Anak-anak, ada saja yang ingin mereka lakukan untuk membahagiakan keluarganya 

Tetapi ...

Menyusul surat keputusan kedua dan itu membuat Ananda bersedih! Keputusan yang memilih Ananda sebagai peringkat satu yang akan menerima uang pun sirna. Ada kesalahan dari sistem perhitungan di komputer

Ada adik kelasnya yang nilainya lebih tinggi dari Ananda. Dan ... selisihnya hanyaaa 0.04. omg!




***

"Engga apa datang aja, Ka!" 

"Naik panggung ga ya? Males deh kaka" jawab Ananda.

Saya tidak tahu apa yang ada di hatinya. Apa ada rasa malu atau kecewa. Tapi kalau dari sifatnya tentu tidak. 

Dia bisa berlapang dada. Hanya uang saja yang tidak didapatkan tetapi sertifikat sama didapatkan. 

Barangkali ada rasa malu? Sudah pasti seluruh kampus tahu tentang keputusan pertama dan keputusan kedua. Padahal pihak kampus dan dosennya sudah meminta maaf atas kesalahan tersebut ke Ananda.

***
"Pakai baju apa, Ka?" tanya saya hari ini. Hari yang ditunggu pun tiba.

Tanggal 29 November hari yang bersejarah.

"Baju biasa aja, Ma!" sahutnya.

Mulailah pepesan kosong antara saya dan papanya terjadi. 

Papanya menyarankan baju kaos biasa saja dengan celana jins. Sedangkan saya menyarankan baju kemeja dengan celana formal, yang mana akhirnya pilihan saya diikuti. 

Saya hanya bilang jangan ikut gaya temannya tapi kasih kehormatan untuk yang mengundang, dalam hal ini pihak kampus dan para dosen.

"Coba bayangkan, dosennya seumuran siapa? kata saya. "Pasti seumuran papa dan Mama. Angkatan old fashion."

Beberapa baju kemeja saya persiapkan. Yang kusut saya setrika. 


***
"Aduh, Ma! Beneran naik panggung!





"Tadi dipanggil nomer satu, Ma! Padahal yang juara ada di samping kaka." Kirain berubah lagi! Ternyata cuma dipanggil aja. Setelah di atas panggung baru dikasih tahu siapa juara satunya. yaaa ... itu adik kelas! 

Tadi ngobrol, dia bilang ah, barangkali masih tingkat awal jadi pelajaran masih mudah, sehingga bisa juara. 

Harapan saya sebagai ibundanya, tentulah kepengin Ananda lebih maju lagi. 

Rasanya sakitnya tuh disini, perbedaan nilai yang luar biasa deketnya.

Belajar satu hal dari peristiwa ini, bahwa siapa pun jangan bersifat sombong, harus merendah. Kita tidak pernah tahu siapa teman kita nanti yang akan sukses.


Love, Audy




Share:

0 Comments:

Posting Komentar




AJPena Online Class

Buletin My World

Klik Ikuti - Untuk Cerita Terbaru

Ebook Audy Jo







Klik Gambar Buku untuk Beli
Pembayaran via : CC, Alfamart, GoPay, OVO

Advertisement