Bangun tidur pertama kali yang dipencet pasti jam digital. Karena di keremangan malam pengin tahu apa saya bangun sudah pas jamnya! Kalau belum pas tentu lanjut tidur lagi. Kalau kelebihan ... yaaa kebablasan tidurnya.
Jadwal saya harus tepat kira-kira puku; 4.30 pagi. Kalau enggak konten yang saya pegang pasti jadi molor. Mulai dengan baca alkitab, share konten religi ke grup dan media sosial. Buat gambar yang sesuai konten yang di upload. Renungan untuk umum di share lagi ke grup telegram dan media sosial seperti facebook. Setelah itu masuk ke media sosial kesukaan, perlu memikirkan konten yang pas, walaupun saya sudah mendidik diri saya untuk mengikuti apa yang sudah saya buat sendiri. Misalnya senin konten bebas, selasa ada quote, tetapi pada prakteknya kadang saya suka dapat ide baru.
Setelah beres sarapan dan suami pergi kerja. Mulai dengan konten media sosial lain, sperti Instagram dan Tumblr untuk urusan luar negeri. Kayaknya kerja saya seperti banyak berselancar di media sosial yaa? Tentulah semua ada yang saya kejar. Untuk media sosial yang sudah ada monetisasi, saya perlu memenuhi target yang didapat dari media sosial tersebut. Capek sih sebetulnya, tetapi selama saya masih bisa saya lakukan saja.
Memang tidak secepat itu untuk mendapatkan uang dari monetisasi. Kalau yang bayaran dollar saya harus menunggu terkumpul $100 baru bisa ditransfer. Kepengin merasakan seperti teman yang sudah berhasil. Yang saya perhatikan, mereka lebih berani menjual tampang secara live. Penonton memang suka kepo terhadap konten yang berani. Sedang saya termasuk yang tidak berani. Apalagi belum ada ijin dari suami untuk konten seperti itu.
Pernah sih kepikiran ... memang apa sih yang kamu cari? Seperti enggak ada kerjaan sja, setiap hari buat konten. Sepertinya tidak ada tenaga yang keluar, ternyata tenaga yang keluar melalui otak. Otak bekerja keras untuk menghsilkan sesuatu. Pantesan .... Kok saya merasa lapar, padahal cuma membuat konten saja.
Itu dari persepsi saya tentang bagaimana mengisi hidup biar tidak terlalu banyak melamun. Bagaimana dengan Anda? Apa yang dikerjakan untuk mengisi banyak waktu luang? Syukurlah, kalau masih ada yang dipercaya untuk bekerja di perushaan, awet-awetlah bekerja, tahan kalau ada goncangan. Enggak semudah itu mencari kerja, masih banyak yang belum bisa bekerja!
Memasuki usia yang sudah tidak muda lagi, lebih sulit mencari pekerjaa di Indonesia. Di luar negeri ternyata masih dihargai, asal memang masih kuat bekerja. Kepengin deh! Di usia saya dapat bekerja. apa saja yang penting saya bisa melakukannya. Untuk seusia saya memang hanya bisa online saja ya? Kok di luar negeri masih bisa jadi pegawai mc d. aka seperti Corla yang ngetop itu.
Gara-gara masuk masa pensiun ternyata untuk yang masih kuat bekerja, tidak bisa lagi melamar di perusahaan yang ada. Dengan berjalannya waktu bertemu teman di komunitas kecil yang bekerja di tenaga kerja. Ternya banyak kesempatan untuk yang enggak punya kerja, ada banyak kesempatan yang bisa kita pergunakan. Saya kok jadi merasa heran, sebanyak itu kesempatan yang ada tetapi kok tidak sampai di telinga saya. Apakah hanya untuk kalangan tertentu, atau hanya yang bertanya langsung ke dinas ketenagakerjaan.
Buat Anda yang masih mencari pekerjaan atau untuk usaha sendiri, saya sarankan untuk datang dan bertanya ke dinas ketenaga kerjaan. Mereka ada banyak yang bisa disalurkan di dalam atau ke luar negeri, ada pelatihan juga, pelatihan masak, perhotelan, dan masih banyak lagi, tujuannya untuk membantu para masayarakat yang butuh kerja.Untuk yang mau berusaha juga disediakan modal untuk usaha. Ada yang bisa bersama-sama atau ada yang mandiri. Tentu dengan kriteria yang ada ya. Seperti yang bersama-sama, ada modal yang bisa diberikan, 20 juta untuk 10 orang. Tetapi untuk kepala rombongan harus mempunyai KTP setempat, seperti saya di Bandung, jadi KTP Bandung. Tertarik?
Barangkali kalau tidak ketemu teman yang kerja di tenagakerja tentu sampai sekarang saya tidak akan tahu kalau ada kesempatan untuk para tenaga kerja yang menganggur.
Love, Audy
0 Comments:
Posting Komentar