Hani termenung, sambil melihat keluar jendela. Hari ini dia berjanji bertemu dengan Dewi teman masa kecilnya.
Sekarang dengan umur 50 tahun, dia merasa energi yang ada masih tetap menyala seperti ketika dia remaja.
Mengingat masa mudanya, Hani tersenyum sendiri. Masa muda ketika banyak lelaki yang mengejar-ngejarnya karena dia seorang perempuan cantik, dengan kulit putih dan bentuk badan yang diingini semua perempuan.
Hani terkenal di kampungnya kalau dia itu cantik dan baik hati. Semua lelaki ingin mempersuntingnya. Tetapi dia terkenal dengan sifat cueknya. Tidak melirik semua laki-laki itu. Hanya satu lelaki yang dia taksir, cinta pertamanya, kakak kelasnya. Tapi sayang dia merasa tidak berani mendekatinya. Karena lelaki itu cuek juga. Pedih hatinya. Berita yang didapat lelaki itu sudah meninggal enam tahun yang lalu. Ah, memang bukan jodohku.
Tidak ada satupun laki-laki yang mendapatkannya. Bersyukur temannya Dewi menjodohkan dengan saudaranya. Lelaki itu tampan, baik hati, dan sangat menyanyanginya, sehingga sampai sekarang sudah memberikannya empat anak yang sudah dewasa.
Tak berapa lama, Dewi pun datang menghampiri.
***
Pernah kah kita mengingat perjalanan hidup ketika muda? Tentu pernah ya? Pernah menyesal? Kadang-kadang ada juga sekelebat rasa sesal, ketika cita-cita yang diinginkan tidak tercapai.
Sudah sampai di masa ini rasanya, ingin memperbaiki kesalahan yang sudah terjadi.
Cerita Hani di atas, dia tahu dirinya cantik, tetapi tidak mengobral dengan sembarangan. Memilih lelaki yang dianggapnya pantas. Apalagi tidak sedikit yang memberikan hadiah.
Bukan karena seorang perempuan itu matre, tetapi dalam kehidupan ini memang seorang perempuan membutuhkan uang untuk mengurus keluarganya. Beli sayur pakai uang, beli gas dapur pakai uang, membeli baju anak-anak pakai uang. Kehidupan rumah tangga tidak makan kata cinta, tetapi uang yang memutar roda rumah tangga. Saya belum pernah bertemu rumah tangga yang makan hanya cinta, tanpa uang. Pernah bertemu? Boleh dong bagi resepnya. Sehingga saya bisa hidup tanpa memerlukan uang.
Beruntung keluarga Hani mendukungnya, tidak seperti zaman Siti Nurbaya. Memaksakan kehendak. Menikahkan dengan sembarang lelaki. Apalagi yang membawa harta yang banyak. Duh, saya merasa Hani begitu beruntung sebagai perempuan. Dia mendapatkan apa yang diinginkan. Keluarga yang baik, dan sempurna.
Saya merasakan cinta yang begitu besar dari suami saya. Kalau mengenang zaman dulu sewaktu saya masih remaja rasanya saya banyak mengucap syukur kepada Yang Kuasa, karena memberikan saya yang terbaik. Padahal ketika belum mengenal suami saya, sedikit was-was, apa yang akan terjadi dalam kehidupan saya. Rasanya tidak jelas cerminan diri saya di masa depan. Dengan kekurangan di diri, saya merasa bagaimana mencari seseorang yang memperhatikan saya apa adanya. Ternyata ... Tuhan itu baik terhadap saya!
Dengan perjalanan pernikahan yang sudah 31 tahun tentu banyak momen yang terjadi. Tidak ada salahnya saya sering membagikan pengalaman hidup saya, dan ditulis di blog ini. Memang ada juga kehidupan yang kurang baik, tetapi jadikan itu 'cermin' untuk mejadi pelajaran, dan lebih baik lagi di masa depannya.
- komunikasi,
- jangan ada pikiran negatif terhadap pasangan kita,
- nada bicara harus rendah, jangan tinggi,
- menatap penuh cinta setiap berpandangan.
- Setiap berangkat kerja jangan lupa peluk cium,
- pegangan tangan harus,
- belai-belai juga harus dilakukan.
- Menyentuh kulit pasangan kita harus sering ya.
Masih banyak lagi ..., buat pasangan muda bisa juga belajar dari pasangan lain, yang telah melewati masa 25 tahun. Yang terpenting semua dilandaskan dengan rasa takut akan Tuhan.
Semoga cinta kita dan pasangan terus terjaga sampai selamanya.
Love, Audy
0 Comments:
Posting Komentar