Ada murid baru, Ma! ujar Thalia, ketika pulang sekolah. Sudah beberapa kali dia bilang, nanti kelasnya akan ada anak baru. Tetapi belum datang.
Saya jawab, "Bukan sekarang barangkali, 'kan sekarang sudah akhir kelas sepuluh, engga mungkin anak-anak itu pindah. Kecuali masuk pas kelas sebelas."
Dia termenung mendengar jawaban saya, tetapi tetap percaya dengan apa yang didengar dari sekolah, bahwa teman baru akan datang secepatnya.
Pernah beragumen dengan anak-anak? Coba perhatikan ketika membahas masalah yang ada, berapakali jawaban yang diberikan oleh mereka. Kadang bisa mematahkan argumen kita sendiri, karena sangking pintarnya mereka membahas argumen kita. Dan saya pernah merasa 'kalah'!
Barangkali pemikiran anak-anank zaman sekarang itu berbeda, mereka sudah dipenuhi dengan berita-berita yang banyak di media sosial dan televisi. Sehngga mereka bisa menjawab ketika dalam argumen itu ada ketidakadilan yang mereka rasakan.
Saya sebagai anak dari orang tua, tidak pernah membalas sebuah argumen yang terjadi antara saya dan orang tua. Sudah pasti ketika saya membalas, antara tangan dan tali pinggang akan mendarat di badan dan wajah saya. Saya Takut!
Dulu itu apa kata orang tua semua benar adanya dan kita harus menurut. Sekarang apa kata orang tua dibalas dengan searching-an mereka di Google, dan mengatakan argumen saya itu salah.
***
Mitha gadis Sunda yang manis, meskipun kadang dia merasa minder karena tubuhnya yang kecil. Selama ini dia sudah membina hubungan dengan Anton selama dua tahun. Sampai sekarang ajakan nikah belum juga diutarakan Anton.
Sebetulnya hubungan mereka baik-baik saja, walaupun ada masalah sedikit khasnya orang pacaran, tetapi tidak ada yang bisa membuat hubungan mereka kandas.
Berjalannya waktu keluarga Mitha sudah mulai mendesak Mitha untuk secepatnya melangkah masuk jenjang pernikahan, karena melihat keduanya sudah terlalu dekat. Hal ini Mitha sampaikan ke Anton, tetapi jawaba yang diberikan tidak memuaskan Mitha.
Tanpa sengaja Mitha bertemu dengan saudara Anton, Dina, Dari dia ternyata rahasia yang selama ini Anton sembunyikan akhirnya sampai juga di telinga Mitha.
Orang tua Anton selama ini tidak suka dengan Mitha, apalagi ibunya menolak untuk mempunyai menantu seperti Mitha, karena dia berasal dari keluarga kurang mampu. Berbadan kecil, kurang baik untuk keturunan mereka katanya. Seperti biasa, setiap orang tua memang selalu memakai standar untuk calon menantunya, seperti bibit, bebet, bobot. Dan hal ini rupanya terjadi dalam hidup Mitha. Sedih dirasakan oleh Mitha, karena selama ini Anton tidak terus terang kepadanya.
Tidak ingin menyakiti kedua orang tua Anton, akhirnya Mitha pun memutuskan hubungan dengan Anton. meskipun Anton menolak, dia berjanji akan membuuk orang tuanya. Tetapi Mitha rasa hubungan yang tidak direstui oleh orang tua tidak akan berjalan mulus.
Sekarang, Mitha sudah menikah dan mempunyai tiga orang anak. Sebetulnya tidak ada rasa cinta antara dia dan suaminya. Tetapi Mitha menutup mata, karena suaminya yang sekarang memang sudah 'mengejar' dia dari lama.
Apalagi melihat posturnya membuat Mitha tidak bisa berpaling. Memperbaiki keturuna, gumamnya. Suami bertubuh tinggi, membuat Mitha mau menerimanya. Cinta bisa timbul perlahan, pikirnya.
Dari cerita di atas, entah memang ada penelitian atau bagaimana, yang saya tahu perasaan perempuan itu bisa ditata. Memupuk rasa cinta untuk pasangannya. apalagi kalau pasangannya itu benar-benar mengasihinya.
Entahlah apakah rasa cinta dan sayang itu beda? Atau rasa belas kasihan?
Love, Audy
0 Comments:
Posting Komentar