Sesak nafas tak berkesudahan. Rasanya berat dirasakan. Tina sesekali menghela nafas. Sudah berapa lama aku disini, batinnya.
Pikiran jernihnya seperti baru mulai terkumpul hari ini. Beberapa hari, nafasnya begitu berat. Belum diketahui sebabnya . Dokter dan suster yang menjaganya pun tidak membeikan informasi jelas.
Tina menduga barangkali karena ini bukan rumah sakit umum, hanya tempat melahirkan, khusus untuk ibu dan buah hati, jadi tidak terlalu mementingkan ketika pasien itu selesai dioperasi dan dikeluarkan isi kandungannya. Entahlah ... pikiran negatif melayang-layang di benaknya.
Padahal Tina sudah percaya betul dengan Dokter Kandungan yang mengurusnya. Dokter yang mengurusnya ketika melahirkan anak pertama dulu. Mengapa sekarang dia seperti mengacuhkannya. Apakah karena ini anak kedua yang ditentang kehamilannya. Tina mengabaikannya karena memang keinginannya untuk mempunyai anak lagi. Dengan umur memasuki kepala empat, tentu saja berbahaya bagi dirinya untuk hamil lagi. Tetapi karena keinginannya kuat, kehamilan itu dilanjutkan. sambil memantau perkembangan kehamilan yang membahayakan jiwa Tina. Dokter pun tidak bisa berkata apapun.
Baca juga : Menyesal Dengan Tujuan Hidup
Benar saja dalam perjalanan kehamilan, banyak hal yang terjadi, misalnya tensi yang naik, emosi yang terlalu kuat, bawaan melankolis yang tidak bisa dikontrol. Semua terjadi karena kurang kuatnya emosi Tina, apalagi ketika suaminya pergi keluar kota untuk bekerja. Kerinduan untuk diperhatikan mengebu-gebu. Suaminya hanya datang seminggu sekali.
Mata kecil itu kadang tertutup ... terbuka sepertinya memperhatikan wajah Tina. Padahal ketika bayi lahir belum fokus. Tetesan air mata tak terbendung, ketika mendekapnya. Anaknya perempuan, lengkap sudah ... aku mendapat sepasang berkat yang luar biasa,
0 Comments:
Posting Komentar