Dapat judul konten, 'Teman makan Teman', yang kayaknya deg di dada. Bukannya mau mengingat masalah lama cuma jadi teringat saja.
Waktu mulai kerja, ada beberapa teman kerja yang meminjam uang satu juta, pada tahun sembilan puluhan. Tempat kerja saya itu bergerak dalam Kreditur barang arisan. Barangkali teman saya salah perhitungan atau bagaimana, saya juga lupa. Dengan perjanjian yang ditanda tangani, mereka pun berjanji untuk mengembalikan. Sampai lupa, saya sudah mengikhlaskan saja.
Sekarang saya ada di posisi seperti mereka. Dan merasakan apa yang mereka alami. Ternyata ... berat sekali.
Ada teman yang pernah cerita, dia mengikuti bisnis yang lagi boming. Sebut saja Wati. Tadinya dia tidak mau, tetapi karena bujukkan teman SMA-nya akhirnya mau juga dengan memberikan modal 5juta.
Hampir setiap hari dibujuk untuk ikut. Cepat balik modal dan segala macam pernyataan diberikan. Kalau dilihat dari gaya hidup teman Wati ini, usaha ini sangat berhasil. Semua terlihat dari media sosialnya. Hampir setiap akhir pekan, dia meng-upload keberadaannya. Kadang di hotel yang elit, kadang sedang di pantai pulau yang terkenal, dan masih banyak lagi foto-foto dia sebarkan. Karena itu, Wati mau mengikutinya. Merasakan keberhasilan seperti temannya.
Eaaa ... benar saja baru beberapa bulan semuanya terbalik. Perusahaan diperiksa oleh bagian keuangan dan pajak negara. Masih aman kata temannya Wati, cuma pemeriksaan pembukuan saja. Akhirnya pemilik perusahaan dipanggil dan diperkarakan. Wati merasa malu, dan marah, karena tertipu kembali.
Sepertinya cara berbisnis seperti ini tidak diberkahi Tuhan. Karena menginginkan hasil yang cepat. Barangkali memang selalu apes saja.
Cara menghasilkan uang yang seperti ini bukan hanya sekali, tetapi sudah berapa kali. Setiap mulai, sebentar saja gulung tikar. Wati pun merasa tidak berguna. Apa yang ditakutkan sekarang terjadi. Entah kemana raibnya uang yang sudah disetorkan.
Sedangkan temannya yang ditanya sampai sekarang tidak ada kabar, dia angkat tangan. Wati berjanji tidak akan mengulang lagi mencari uang seperti ini. Memang kalau dilihat dari anggota yang sudah melakukannya terlebih dulu, mereka sudah merasakan kelipatan uang yang mereka setorkan. Pas giliran Wati semua menjadi berantakkan.
Selain Wati ada juga cerita teman saya Johan, waktu itu katanya dia diajak oleh Paman dan Bibinya untuk berinvestasi di perusahaan perkebunan. Jadi perusahaan itu menyediakan tanaman tomat, wortel dan juga ada peternakkan sapi dari Australia.
Entah bagaimana permainannya, setahu saya seperti arisan. Jadi kalau sudah terkumpul kita dapat barangnya. Setahu Johan, dia harus menyediakan besaran uang kalau mau ikut investasi ini. Misalnya 30 juta untuk mendapatkan sapi Australia.
Seperti biasanya ... Johan pun kena tipu. Uang yang sudah diinvestasikan lenyap. Meskipun pemilik investasi sudah diadili dan ditahan, tetap saja tidak ada keadilan yang didapat untuk para investor itu. Yang dipenjara malah enak makan dan tidur, uang investor palingan disimpan di bawah kasur atau di dalam tanah. Barangkali!
Lain lagi cerita Dini. Dia berinvestasi di perusahaan yang bergerak dalam pembelian barang dengan uang minimal. Misalnya bisa membeli motor dengan Rp. 50 ribu. Hadiah motor pun tidak tangung-tanggung, yang mahal seperti N-Max.
Dini merasa usaha ini bisa mengeluarkan dia dari kehidupan yang miskin. Membayar hutang ke Saudara-saudaranya. Mereka begitu baik hati mau menolongnya. Ketika suaminya tiada. Apapun dilakukannya untuk menghidupi kedua anaknya.
Ternyata jalan yang diambil malah menjerumuskannya lebih dalam. Meskipun sudah beberapa tahun, tetapi masih membekas dalam hatinya. Sekarang Dini diajak kembali oleh teman yang pernah mengajaknya. Katanya masalah yang lama akan di angkat kembali, mau dicoba dibawa lagi ke ranah hukum. Ada seorang Bapak yang eks anggota polisi mau menolong kesulitan mereka.
Akhirnya, Dini mau bergabung dalam grup yang akan membawa masalah penipuan itu ke polisi. Padahal perkara ini sudah pernah dibawa ke polisi dan tidak ada kabarnya.
Ada keraguan pada saat ini, apakah Dini mau melanjutkan atau melepaskan secara iklhas. Ada beberapa teman yang menyakinkan untuk mencoba, lumayan kalau berhasil. Kalaupun tidak, ga apa-apa, tidak ada kerugian. Kan masalah ini juga sudah menghilang dari dulu, begitu ada yang berpendapat.
Dalam pergaulan, susah juga mengatakan bahwa teman kita itu semua tidak benar. Barangkali juga mereka terjebak dalam lingkaran pertemanan yang menginginkan 'lebih' di dalam kehidupan ini. Memang enggak ada salahnya semua orang ingin menjadi kaya. Mau hidup makmur, tidak mau susah. Semua jalan pun dicoba, berusaha. Tetapi memang ada beberapa jalan yang memang tidak tepat untuk mencari kekayanaan.
Sebagai umat kristiani, ada firman yang mengatakan, kalau mencari uang itu jangan dengan cara yang cepat. Jangan menduakan Tuhan, Memilih materi, dari pada pemberi materi.
Kejarlah pemberi materi bukan materinya. Semua tergantung pemberiannya, kalau kita terlihat baik di mata-NYA, semua pasti ditambahkan,termasuk kesehatan maupun materi. Benarkan!
Love, Audy
0 Comments:
Posting Komentar