Menu

 

Dawai Gitar

 





Audy Jo

Sepanjang pagi, gitar itu hanya teronggok saja di atas tempat tidur, di kamar yang tidak berpenghuni. Biasanya ia menunggu yang empunya datang. Di ruangan yang sepi ini biasanya Hubby mendentingkan dawai gitar, lebih khusuk memainkan lagu pujian. 

Seperti kebanyakan orang tua pada umumnya, kami pun begitu. Ingin kedua buah hati, mau memainkan alat musik.  Tetapi mereka belum tergerak lebih giat untuk mempelajarinya, hanya sekilas saja menekan dawai itu. Yang penting untuk memainkan lagu mereka cukup mengerti.

Pernahkah Anda masuk di dalam momen seperti saya dan Hubby? Keinginan yang saya rasa hampir semua orang tua mengingini anak-anaknya mempunyai selera bermusik yang bagus. Minimal mereka harus punya keahlian untuk bermain satu alat musik.

Baca juga : Endorse Artis

Rata-rata orang tua jadul seperti saya, menginginkan demikian. Mulai dari melatik mereka untuk mengenal dasar musik klasik bermain piano, gitar, dram, dengan bermula dari yang sederhana seperti pianika, maupun suling. Tetapi barangkali salah saya dan Hubby, tidak mengenalkan mereka dari bayi. Tetapi saya rasa mereka mulai dikenalkan dengan alat tamborin. apakah ada pengaruhnya? 

Umur mereka ketika mulai itu, pas masuk sekolah dasar, dan ada rasa acuh dengan peralatan musik yang kami sediakan. Ataukah memang mereka tidak ada minat ke alat musik? Menurut Anda bagaimana? Apakah pernah mengalami hal seperti saya?

Mustinya sedikit memaksa ya? seperti anggota band keluarga Noor Said itu. Ayahnya sangat disiplin sehingga mereka dididik dari kecil sudah menguasai peralatan musik. Apakah saya dan Hubby harus kejam dan disiplin? Mustinya ia, ya? kan mereka tidak mengerti arah tujuan ketika masih berumur muda? Benarkan?

Sampai sekarang di umur yang menurut saya remaja ke arah dewasa, belum ada yang benar-benar menguasai alat musik, khususnya gitar yang sekarang ada di kamar tidur. Meskipun ada juga piano elektrik dan drum elektrik, tetapi semua hanya teronggok di pojokkan sudut ruang tamu. 

Ananda cantik, masih ada kemauan untuk memencet dawai gitar. Kadang bisa menyanikan satu atau dua lagu dengan nada yang sama, kunci  D, G, A. 

Apakah karena gitar terlalu besar peganganya. Memang sih, bukan model gitar ramping seperti gitar elektrik. Kadang lebih sulit untuk menggapai senar dengan tangan kecil mungil. Barangkali ini salah satu penghambat untuk anak-anak memainkan gitar.

Pernah Anda mengalami seperti saya? Bagaimana cara menanganinya? Apa ada rumus yang tepat?

Saya pernah belajar gitar ketika masih di bangku sekolah menengah, saat itu di tempat saya beribadah ada les gitar klasik. Saya ikut dan lumayan bisa. Dalam keluarga, alm. Ayahanda suka bermusik, kalau diingat sekarang kayaknya bisa bermain gitar. Tetapi tidak jago seperti Hubby.

Sepanjang hidup saya, jarang memegang gitar. Barangkali dari cara saya ini terlihat anak-anak juga. 'Mamanya suka-suka juga, tidak terlalu bersemangat'

Karena sudah punya suami yang jago gitar, jadi lihat saja beliau main. Psst ... aku jatuh cinta ama dia karena dentingan dawainya, hehehe.

Baca juga : Rasa Pahit Dalam Coklat

Tiba-tiba di saat pertemuan wanita kristiani, 'ditembak' langsung oleh teman untuk bermain gitar! Wah, saya yang hanya suka melihat, sekarang langsung beraksi tentulah ketar-ketir. 

Tidak pernah terbayangkan main di depan teman wanita semua. Tangan yang kaku memegang bentuk gitar  ...wah ternyata ramping dan tangan saya menyukainya. 

Barangkali ini salah satu yang membuat malas bermain gitar ... bentuk gitar itu sendiri. Di rumah memang bentuknya lebih besar, sehingga pegangan untuk anak-anak lebih sulit. Cie ... maklum tangan kami semua imut-imut, hehehe.

Sesampai di rumah semua pada ...wah mama main gitar? Takjub melihat mamanya. Mereka melihat melalui Video yang saya kirim di grup whatsapp. Saya hanya tersenyum saja.

"Ayo main gitar!" seru saya.

Sekarang kami sebagai orang tua tidak banyak lagi menuntut karena mereka sudah besar. Yang kami lakukan hanya menaruh gitar itu di atas tempat tidur di kamar, dengan harapan ketika mereka masuk, mau memeluk gitar dan mendentingkan senarnya.



Love, Audy

Share:

0 Comments:

Posting Komentar




AJPena Online Class

Cerita Lain di Blog

Buletin My World

Klik Ikuti - Untuk Cerita Terbaru

Ebook Audy Jo







Klik Gambar Buku untuk Beli
Pembayaran via : CC, Alfamart, GoPay, OVO

Advertisement