Siapakah teman terbaikmu? Adakah teman yang mau menerima curahan hatimu?
Saya sedang mencoba memikirkan ... satu persatu terbayang wajah-wajah yang biasanya dekat dengan saya. Baik teman perempuan di grup yang anaknya sekolah bersama, atau teman perempuan di komunitas gereja.
Ada yang di daerah lama dan ada yang sekarang di daerah baru. Saya hanya mencari satu teman yang saya anggap bisa memberikan saya nasehat.
Pernah ada teman perempuan dalam satu grup kecil.Pada awalnya berjalan lancar, tapi lama kelamaan bubar juga. Saya perhatikan semua itu dikarenakan perbedaan umur di antara kami. Ada yang lebih muda, dengan pemikiran dewasa. Ternyata itu tidak menjadi jaminan.
Sedih? Tentulah sedih. Apa boleh buat. Saya pun harus pindah kembali ke daerah tempat saya kuliah. Grup pun dibubarkan. Biasanya, ada pertemuan yang biasanya kami lakukan. Karena saya pindah, dan teman muda saya keluar meninggalkan grup, akhirnya dibubarkan, karena semua dengan kesibukkannya. Ketua grup juga mulai bekerja dan cukup menyita waktu.
Di dalam kehidupan ini, sebagai manusia memang sudah kodratnya tidak bisa hidup sendiri. Memerlukan teman seperjalanan, sebagai mahkluk sosial.
Sebagai perempuan yang penuh dengan emosi, kadang tidak bisa menahan gejolak keperempuanannya. Dia butuh dupuluh ribu kata untuk diucapkan.
baca juga : Age Talk
Sebagai istri, memerlukan telinga yang mau mendengar, tetapi dengan kesibukkan para suami, mereka juga sudah lelah dengan kesibukkan di kantor. Jadi tidak bisa mendengarkan kata-kata yang diucapkan isterinya.
Bahaya sebetulnya. Isteri akan mencari teman atau orang lain yang mau mendengarkan masalah yang ada. Hanya mendengarkan bukan yang lainnya. Itu tergantung siapa yang akan meladeninya dan memberikan perhatian lebih dari biasanya.
Saya termasuk terlambat menyadari, kalau duapuluh ribuan kata itu bisa disalurkan melalui tulisan. Heeem benarkah? Saya belum mencari penelitian mengenai ini. Saya asumsikan saja demikian, kecuali Anda bisa memberikan argumen lain, untuk mematahkan asumsi saya.
baca juga : Semua di Ujung Jari
Tuk tik tuk ... ketikkan di keyboard laptop saya. dengan sepuluh jari yang saya pelajari di akademi sekretaris, membuat tulisan saya menjadi begitu cepat dicetak, sesuai dengan ucapan yang dikeluarkan dari mulut, tanpa tersaring di benak saya. Semua mengalir saja, rasanya membuat perasaan saya menjadi lega. Kalaupun nanti ada perbaikan kata, biasanya setelah saya sudah selesai menuliskannya. dan mulai mereview semua perkataan yang dituliskan.
Melankolik disertai romantis, membuat saya menghayalkan beberapa tulisan penuh cinta, dan dibuat menjadi buku digital. Agar orang lain bisa membaca emosi romantis saya. Sudah pernah membaca buku digital? Ada banyak buku digital saya tulis di platform Google Buku.
Sebetulnya saya tidak terlalu pintar banget cie ... merendahkan diri. Saya buka nih rahasianya. Setelah menonton film atau drama percintaan biasanya saya resapi dan akhirnya saya tuliskan kembali menjadi sebuah ccerita. Ambil cerita garis besarnya, kemudian diramu menjadi cerita percintaan.
Barangkali saya kurang perhatiankah? Enggak juga rasanya biasa saja. Atau romantisme saya yang terlalu banyak. Cara A sampai dengan Z saya tuangkan menjadi beberapa tokoh di buku cerita digital.
Baca juga : Bersekutu
Anda punya teman untuk bercerita? Boleh-boleh saja, kalau teman perempuan itu benar-benar bisa menjaga rahasia, kalau enggak bahaya banget.
Apalagi ketika kita ada kesalah-pahaman dengan suami. Jangan semua diceritakan, pilih apa yang boleh diceritakan dan ada yang perlu disimpan sendiri. Takutnya, dari teman perempuan dia bercerita ke suaminya, dan suaminya bercerita ke teman lainnya ... wah jadi serial bersambung ...terakhirnya cerita itu akan sampai ke pemilik pertamanya ... kalau sudah begitu bagaimana Anda menanggapinya. Yang pasti teman itu menjadi musuh utama Anda karena tidak bisa dipercaya lagi.
Duapuluh ribuan kata menjelma menjadi tulisan di blog ini. Setiap momen yang terjadi dituangkan menjadi tulisan yang hampir tiap hari saya tulis di blog Audy jo.
Keinginan untuk membagi pengalaman dan pengetahuan yang saya miliki kepada orang lain pun tercapai. Dengan bahasa yang standar dan tidak terlalu mendalam, saya bisa menceritakan apa yang terjadi di dalam hidup saya.
Belajar untuk memilih kata dan kalimat pun tidak mudah, karena tidak semua bisa diutarakan di sini. Masih ada pakem yang diterapkan. Apalagi menulis ini setelah mendapatkan ijin Hubby.
Setiap tulisan kalau Anda perhatikan, selalu berbeda gayanya. Semua karena saya selalu belajar untuk lebih baik, supaya Anda menyukainya. Sampai sekarang pun saya masih mencari cara untuk lebih baik gaya menulisnya. Yang terpenting apa yang ada dalam hati bisa saya curahkan dengan memakai tulisan di blog ini.
Mulai sekarang bercerita dengan tulisan aja yaaa!
Love, Audy
0 Comments:
Posting Komentar