Anak-anak bertambah besar, banyak pergumulan yang terjadi.
Semua kembali ketika setiap langkah tidak pernah dipikirkan dengan baik dan bijaksana. Menyesal sekarang? Ketika rasa itu datang memang ada rasa menyesal tetapi, belajar untuk menerima dan mengucap syukur .... karena semua menjadikan diri kami sekeluarga mengerti karena ada pembelajaran yang dapat kami terima.
Melihat anak-anak tumbuh, kalau mau dibandingkan dengan anak lain, ada yang bilang anak kami terlalu dimanjakan. Barangkali juga ya? Kami bukan keluarga kaya, jadi darimana bisa terlihat kalau anak kami itu manja? Saya rasa perkataan itu sedikit tidak pas. Anak-anak itu mengerti apa yang terjadi di dalam keluarga mereka.
Baca juga : Travel Together
Ketika orang tua masuk dalam rencana Tuhan, mereka mengerti dan tidak peenah merengek untuk sesuatu yang tidak bisa kami dapatkan. Kadi memang kelihatan mereka tidak bisa perfi kemna-mana seperti anak-anak lain.
"Kerja dong anaknya!" Begitu kira-kira percakapan yang kadang dilontarkan ketika kami masuk dalam kondisi yang kurang baik. Tentu ... tentulah anak saya yang besar akan terjun ke dalam dunia kerja. Tetapi tidak semudah itu juga. Dengan pilihan pekerjaan yang ada dan belum ada yang diterima. Masih ada sedikit kendala dengan kuliahnya. Tetapi ubtuk semester mendekati akhir sudah ada pikiran untuk mulai mencoba lagi.
Semua hanya karena dari perkataan Hubby kalau waktu kuliah jangan pikirkan yang lain-lain, fokus kuliah dulu. Semua urusan keuangan biar Hubby dan mamanya anak-anak yang memikirkan.
Ironis? Masalah? Enggak benar?
Sebagai seorang ibu saya ingin yang terbaik untuk anak-anak. Apapun yang terjadi saya usahakan apapun untuk memenuhinya. Kadang saya mulai mencoba untuk teman-teman yang saya liha sangat "kristenisasi" pasti hatinya selembut salju. Ternyata ayat alkitab yang harus dijalankan tidaksama dengan keadaan yang ada. Memang yang namanya uang itu susah lepas dari genggaman tangan sendiri. Tidak ada namanya naburdi dalam kehiduoan seseorang. Itu hanya sebuah kalimat simbolis saja. Sudah nyata-nyata kalau ada saudara atau teman yang kurang dibantu untuk mereka tetap ada di dalam lingkungan, bisa sejajar dengan anak Tuhan lainnya.
Memang tidak semua seperti itu tetapi uang tetaplah uang milikku, bukan punya kamu! Kalaulah mereka bisa merasakan "sepatu" yang sedang saya pakai. Rasanya banyak air mata yang menetes.
Sebagai seorang ibu rasanya ingin anak-anak cepat menjadi lebih dewasa, sehingga mereka tidak bergantung lagi kepda saya dan Hubby, tetapi dari pembicaraan dengan orang tua lain, ada rasa penyesalan ketika anak-anak itu cepat pergi, keluar dari rumah. Jadi setiap momen yang sedang berlangsung didalam keluarga kecil ini, kami menerima dan mencoba menikmati setiapkali up and down yang terjadi.
Ananda yang besar memasuki masa Kerja praktek. Sebetulnya dia sudah magang dengan Hubby tetapi karena semua tergantung dengan teman angkatan yang mana hanya 11 anak maka harus diambil kata sepakat untuk mata kuliah yang akan dilanjutkan. Dan ternyata tidak bisa ambil mata kuliah karena ada temanya yang belum ambil magang atau kerja praktek. Jadi ... seangkatan ulang lagi kerja prakteknya.
Beruntung dapat di Kota Baru parahyangan. Bersyukur punya om yang bisa bantu jalur langsung hehehe. Meskipun dari kampus ada juga kp bersama dosen dan teman lainnya.
Syaa bilang ambil saja dua duanya. Meskipun tidak dibayar tetapi pengalaman yang didapat tidak bisa tergantikan.
Beruntung KP di KBP bisa via online. Laporan via zoom. Sehingga KP bersama dosen bisa juga diambil..
Saya hanya melihat masa depan untuk Ananda ketika waktu akan melamar kerja resume lamaran lebih berwarna dan eksklusif.
Salam dari saya, Mama yang suka banyak maunya hehehe.
Love, Audy
0 Comments:
Posting Komentar