Ceritadiri.com ~ Ternyata sudah beberapa bulan ini kalau lewat jalan cikondang ada tempat praktek dokter gigi baru buka, di samping apotek.
Dalam hati sih, mau coba ah! Semua dicoba-coba hehehe, maksudnya, masuk ke tempat praktek rasakan sensasi ruangan dan wajah-wajah. Entahlah, apa saya orangnya bisa membaca aroma ruangan atau suasana. Ih kayak drakor sensory couple aja, itu tuh yang ceweknya bisa melihat aroma dari apa yang dilihat. Sudah pernah nonton? Bentar aku spill ya! Nama Drakornya "The Girl Who Sees Smell", diperanin sama Shin Se-Kyung
Gimana sudah pernah nonton? Suka deh sama pemeran ceweknya.
Jadwal Terlambat
Sudah setahun Ananda enggak ke dokter gigi. Biasalah! Sekarang ada "longgar" sedikit, bisa bawa Ananda ke dokter gigi. Kepenginnya enggak jauh ke tengah kota. Ternyata Tuhan jawab.
Sebetulnya deg-degkan juga, takut Ananda engga mau. Tetapi kalau saya lihat, Ananda cantik sangat berani kalau mau periksa gigi. Cuma saya yang suka mules.
Sedikit nih mau flashback, cie ... kayaknya beberapa blog bulan ini lagi pada flashback melulu. Enggak apalah namanya juga blog tempat curhat ya ... eh sobat sudah punya blog tempat curhat? Bikin yuk sama saya, ada kursusnya murah kok! Klik sini AJPena Kelas Online .
Dibiasakan atau Membiasakan?
Kedua Ananda dari kecil pada berani kalau masuk ruangan dokter.Enggak pernah ada drama seperti anak lain, yang bisa sampai menjerit-jerit, atau gulingan di lantai. Kadang saya dan Hubby suka merenung dalam artian positif ya, hehehe. Ada pertanyaan yang mengganjal, "Mengapa anak-anak kami enggak pernah menangis?" Ada sih menangis pas di "cus" kena jarum suntik, tapi itu pertama saja, setelah itu enggak.
Kalau dari sisi parenting, barangkali ... barangkali ... karena orang tuanya bersikap normal, atau menyambut dokter secara bersahabat, ramah menganggap tidak apa-apa. Jadi anak-anak melihat tidak ada yang perlu ditakutkan ketika bertemu dokter. Barangkali! Atau karena sebagai mama yang punya perasaan nyambung dengan anak-anak cuek, dalam artian tidak menganggap hal itu menakutkan. Ada yang bisa bantu jawab?
Ups! kepanjangan flasback-nya. Setelah mendapat nomer dokter dari plang di sisi jalan, mulailah mencari informasi, bagaimana Ananda bisa diperiksa giginya. Harus mengisi link untuk mendaftarkan jadwal kunjungan.
Mendapat jadwal kemaren sore, walaupun mundur sejam, karena dokter berhalangan datang di waktu yang disepakati.
Seperti biasa sebagai pasien baru harus mengisi data diri di kartu pasien. Begini deh yang paling saya tidak sukai, ketika harus mendaftar di tempat baru, harus mulai lagi dari awal. Makanya kebiasaan jelek saya ketika di suatu daerah, saya harus mengetahui rumah sakit atau klinik terdekat. Kalau bisa pas saya sakit, saya datangi rumah sakit yang belum pernah saya kunjungi hehehe, hanya untuk membuat kartu pasien ... hehehe aneh enggak saya?
Gigi Susu Bertahan
Setelah diperiksa, memang banyak gigi susunya yang belum dicabut. Sebetulnya kalau setahun ini rajin, tentu sudah selesai urusan gigi Ananda. Tetapi apa boleh buat. Yang pasti tampilan gigi Ananda harus rapih. Di usia empat belas tahun ini, gigi susu masih bertahan, susah copotnya. Barangkali waktu keil kebanyakan diberikan suplement Finafloor. Eaaa ... foto rontgen Ananda ketinggalan di rumah, padahal sudah disiapkan, terpaksa Hubby ambil.
"Ini yang urgent ya, Bu!" tangan dokter menunjuk ke arah dua gigi yang harus dicabut. Satu gigi yang berupa akarnya masih menempel di gusi, satu gigi lagi ada di tengah bagian bawah dan posisinya ada di belakang gigi susu, jadi gigi baru tidak bertumbuh di tempat semestinya. Kalau dilihat dari foto rontgen ada gigi taring yang tumbuh miring di dalam gusi, karena gigi susu di atasnya belum copot. Wah, bnayak PR yang harus dikerjakan nih, kelakar dokter perempuan itu. Oh iya, belum memperkenalkan dengan dokter baik, dan tiga asistennya.
"Mau dibawa pulang enggak nih giginya," tanya dokter gigi kepada Ananda. "Enggaklah, Dok! Buat apa?" Memang ada untungnya bawa pulang gigi susu yang sudah dicabut? Bisa jadi uang? Hehehe mata duitan. Loh! Enggak apa kan kalau bisa jadi uang, kan gigi anak sendiri, bukan anak orang lain, LOL.
'nd
"Sampai bulan depan ya!' salam perpisahan dari dokter mengiringi kami keluar dari ruangan. Duh, bulan depan, semoga semua lancar.
0 Comments:
Posting Komentar