Menu

 

Pohon Natal



 "Menggerakkan Tangan yang Malas"

Ceritadiri.com ~ Pasang enggak ya? Nunggu yang lain ajah deh! Pikiran berkecamuk di kepala saya. 


    Setiap masuk bulan Desember... enggak deh! Mulai setiap bulan November sudah mulai pikiran berkecamuk pasang pohon natal.

    Malas? Enggak semangat saja. 


    Memori Selalu Muncul 

    Sejak berkurang anggota keluarga dan perginya di bulan Desember jadi suka keingat. 

    Apalagi kalau pasang pohon natal, enggak hanya memasang pernak-perniknya. Semua yang berada di sekitar harus dibersihkan. Termasuk yang nempel di dinding alias foto-foto.

    Satu persatu, dibersihkan. Mulai pikiran mengembara masuk ke momen foto yang saya pegang. 

    Foto Ayahanda juga dibersihkan. Foto yang lebih tinggi sedikit sulit jadi enggak saya lap.

    Baca juga : Makna Perayaan

    Jadi keinget dulu sebelum beliau meninggal. Fotonya jangan diangkat katanya. Entar Papi datang lagi. LOL! Cuma jadi suka merinding inget pesannya.

    Kayaknya sampai sekarang belum pernah ada yang angkat. Hem atau Ibunda yang pernah bersihkan.


    Trend Tahun Ini

    Pasang pernak-pernik pohon natal memang paling asyiik, kalau sudah mulai terjun pasang. 

    Mulai mencari tema pohon natal. Kira-kira suasana apa yang lagi trend. 

    Karena banyak kepala, banyak keinginan. Lebih baik tanya kepala rumah tangga, atau yang lebih tua. Di rumah sekarang, yaaa, Omanya anak-anak yang ditanya.




    "Mau warna gold, campur merah!" kata Oma alias Ibunda.

    "Enggak warna silver, Mi?" tanya saya.

    "Enggak!"

    Yah, sudah! Keputusan sudah diambil.


    Menggerakkan Tangan Susah!

    Kemalasan saya masih muncul, Hubby mulai menaruh pohon natal di posisi yang sudah saya tunjuk. Terus saja melihat.

    Ultimatum keluar dari mulut Bunda. Hari ini harus selesai ya pasangnya! What!

    Ananda yang kecil berinisiatif memulai.  Setelah dirapihkan Hubby, dan pasang lampu di pohon natal, mulai deh atur sana ... atur sini. 


    Baca juga: Super Duper Keseruan Ananda Hari Ini. 


    Mulai berteriak, "Mama ayo! Jangan lihat saja! 

    Setengah jalan kemudian, "Maaa, capek!"

    Beruntung pernak pernik pohon natal masih pada bagus. Sayang kalau beli baru terus. Pakainya cuma setahun sekali.

    Enggak lupa lap foto yang ada di dinding. Debu sudah menempel. Ah, memori jalan deh. Ingat yang terkasih.



    "Ayo, Mama!" Mulai terdengar teriakkan Hubby di luar yang sedang potong rumput. 

    Dapat bagian motong rumput. Karena di halaman belakang rumput sudah tinggi. 

    Cari tukang rumput belum dapat. Sedangkan yang diminta tolong belum datang saja. Barangkali lupa atau ...? Malas hubungi lagi.

    Sedikit-sedikit nyamperin pohon natal. Pasang satu bola natal, satu lagi dan satu lagi. Mulai keasikkan pun muncul.




    'nd

    Lanjut deh, mulai pasang pohon natal walaupun enggak semua. 

    Akhirnya, bantuan datang bagian finishing di tangga. Bantuan dari adik saya pun mulai bergerak, membereskan bagian tangga.

    Ya! Sudah jadi!

    Bergerak perlahan. Sedikit sedikit. Maju mundur. Keker sana keker sini. Mana yang kosong, diisi. Terus saja sampai tampilan pohon natal penuh.



    Nah, mulai deh mikirin gimana nanti pas beresinnya ... biasanya nunggu satu dengan yang lain. Siapa yang mau mulai beresin pohon natal. Biasanya datang rasa malas.

    Yesss! Ibunda pulang gereja pohon natal sudah berdiri. Heeem ... kira-kira apa pendapatnya! 

    Semoga sesuai!

    Semangat natal yaaa!



    Love, Audy

    Pic. Audy Jo

    https://linktr.ee/audyjo


    Share:

    0 Comments:

    Posting Komentar




    AJPena Online Class

    Cerita Lain di Blog

    Buletin My World

    Klik Ikuti - Untuk Cerita Terbaru

    Ebook Audy Jo







    Klik Gambar Buku untuk Beli
    Pembayaran via : CC, Alfamart, GoPay, OVO

    Advertisement