"Retret, Belajar Beresin Sendiri"
Ceritadiri.com ~ Rasanya koper kecil bisa juga, atau ransel? Biar simpel.
Persiapan Ananda kecil buat retret, saya sampai bisa bermimpi. Mempersiapkan tas buat pergi.
Bisa karena Biasa
Padahal Ananda yang kecil ini pintar mempersiapkannya.
Barangkali karena melihat papa dan mamanya kalau packing barang teratur.
Baca juga : Satu Hari Berjalan Sendiri
Kebiasaan kalau pulang ke Bandung dari BSD, biasanya papanya yang bagian packing paling perhitungan. Kalau saya lebih ke kerapihan barang saja. Yang rasanya mustahil, barang bisa diberesin masuk koper, semua sudah tersusun rapih.
Biasanya, papanya anak-anak suka pakai perhitungan. Kita di Bandung 3 hari jadi butuh beresin bajunya berapa? Nah, mulai deh pada berhitung hahaha. Sedangkan saya enggak! Yang saya rasa baju bagus dan baru, saya beresin bawa semua. Karena baju lama banyak di Bandung.
Baca juga : Insecure Dalam Diri
Iih! Itu cerita dulu waktu masih tinggal di BSD.
Karena dari kebiasan yang sering diajarkan, jadinya beresin baju otomatis bisa.
Perbedaan tetap Saja Ada
"Mau pakai koper kecil saja, Pa!" Ananda mulai mengeluarkan perlawanannya. Karena Papanya meminta dia memakai ransel.
"Terlalu repot, Nak! Apalagi kita naik motor!"
"Teman-teman semua pakai koper kecil, malas mau keluarin dan beresin lagi!"
"Kalau menurut pengumuman, bajunya engga usah banyak, De!"
Terus saja argumen terjadi. Yang akhirnya dimenangkan Ananda. Cuma sedikit kompromi saja. Tas yang dibawa harus dua. Jadi bawa koper kecil dan ransel yang berisi, barang kebutuhan kamar mandi juga snack.
Tadinya mau bawa kebutuhan kamar mandi pakai tas yang sering keluarga bawa kalau ke Bandung. Tas plastik merah yang kosong, tapi diisi dengan tas yang banyak sakunya khusus untuk isi pernak-pernik kosmetik.
Di sini, gaya saya diambil Ananda, Hahaha. Semua beresin secara teratur.
Jadi koper kecil untuk baju, tas merah untuk kebutuhan kamar mandi alias kosmetik diri.
Sedangkan ransel mau diisi snack dan buku gambar dan alat tulis dan alat gambar.
"Ya sudah ngalah saja, De!" Bujuk saya.
Sudah Biasa
Akhirnya, beres juga. Semua sudah tertata ... kelihatannya.
"Jangan main dulu, beresin kalau masih berantakkan!" ujar saya. Besok Mama ada natalan jadi enggak bisa anter ya!"
"Wah, gimana, Ma? Besok jadinya gimana?"tanya Ananda sedikit panik.
"Tenang saja ada Papa yang antar."
Keesokkan harinya, sesuai rencana saja. Saya berangkat dengan teman. Semua kebutuhan Ananda sudah semua.
Percaya ... percaya ... dia pasti bisa!
Berkecamuk di dalam pikiran, menguatkan diri bahwa
Ananda bisa membereskan!
Ternyata rencana yang kami buat tidak termasuk jadwal hujan turun hahaha. Tetapi semua bisa dilalui.
Emosi yang Diharapkan Datang
Baru mulai berpisah, bahasa di grup Whatsapp mulai melow. Semoga perpisahan untuk tiga hari ini ada pelajaran hidup yang bisa didapat.
Wah! Apalagi nanti kalau baca surat dari orang tua ya? Rahasia yang saya dan Hubby buat untuk Ananda, berupa surat.
Dari sekolah meminta para orang tua untuk membuat surat untuk dibacakan Ananda pas malam perpisahan di retret. Surat dikumpulkan di Guru walikelas.
Beruntung retret tahun ini di belakang sekolah, di Biara Ursulin. Iya, sekolah Ananda SMP Katholik.
|
Pic. Gyle |
Biasanya jauh kata guru yang sedang menerangkan di zoom hari Sabtu lalu sewaktu pertemuan orang tua murid dengan sekolah sewaktu membahas retret ini.
Bersyukur deh! Enggak jauh perginya. Tetapi tetap saja ada
beberapa emosi biasanya datang.
|
Pic. Gyle |
Saya hanya bisa mengucapkan beberapa kata saja melalui Whatsapp karena sedang ikut natalan para ibu di sebuah kafe.
Baca juga :
Tuit! Layar Dimatikan!
"Sudah yaaa! Abigail mau matikan handphone. Mau dikumpulkan!"
"Iya hati-hati ya disana!"
Mulai deh saling mengeluarkan kata berpisah.
|
SS by Audy Jo |
Sudah dah dah!
Eh, muncul lagi, ternyata masih diperbolehlan pakai handphone.
Akhirnya kalimat perpisahan ulangan muncul lagi hehehe. Ada sedihnya ada lucunya nih momen sama Ananda yang kecil.
Akhirnya ... tuiiit! Senyap.
'nd
Kebiasaan yang saya tahu sejak Ananda yang besar retret. Biasanya ada momen mereka harus bangun pagi, berdoa, baca Alkitab, mandi pagi. Semua serba teratur.
Semoga kebiasaan baik yang diajarkan selama retret masih berlanjut sampai di rumah.
Saya sih penasaran dengan malam perpisahan di retret. Biasanya malam terakhir ada pembacaan surat dari para orang tua. Kalau enggak salah juga musti bawa foto diri dan foto keluarga.
Gimana mewek enggak ya?
Karena sebelum pergi, dia sudah tahu. Ah, entar musti dengerin, harus ingat orang tua. Ih, harus sayang sama papa mama kalau masih ada. Ah aku ga sedih. Terus Ananda tertawa-tawa.
Penasaran!
Love, Audy
0 Comments:
Posting Komentar