"Banyak Warung di Sekitaran Rumah"
Sudah duabelas tahun main di kota besar, sekarang kembali menyepi di bukit kabupaten Bandung.
Tahun Berganti Lingkungan Berubah
Terakhir lihat sih ada toko kecil yang berdiri di deretan ruko jelek. Sekarang sudah berdiri megah Indomaret.
Berjejeran dengan rumah pribadi yang berbentuk ruko. Pintar juga nih developer, akhirnya bisa menjual ruko jeleknya. Kayaknya di renovasi menjadi rumah tinggal dua tingkat. Asyiik juga. Padahal sudah kuatir ambruk.
Sebelum Indomaret masuk, ada toko yang namanya SBMart, tapi entah mengapa banyak diprotes oleh "warga". Katanya enggak permisi. Ih, bingung!
Kalau kasak-kusuk yang saya dengar sih saingan dengan tokonya Koperasi. Ah, masa?!
Rasanya 15 tahun yang lalu daerah bukit ini sepi, enggak ada toko besar. Kalau mau belanja musti turun bukit ke bawah, ke tengah kota.
Warung Umum juga Warung Pribadi
Jadi inget dulu saya buat warung alias kios kecil di garasi rumah. Pembelinya banyak juga, masyarakat yang dari perumahan di bawah, kan lewat depan rumah kalau mau naik angkot.
Dulu belum secanggih sekarang kalau mau nelpon seseorang. Butuh telepon umum, dan saya menyediakannya.
Biasanya saya mengambil barang jualan di grosir, kayaknya dulu hapal semua grosir deh. Sampai bisa ketemu teman di grosir yang jauh. Haiya!
Asyiknya punya warung sendiri, bisa jajan dengan harga murah, kan belinya di grosir, jadi kalau enggak laku dimakan sendiri. Apalagi Ananda yang masih kecil tukang jajan.
Biasanya saya menjual produk snack untuk anak, rokok, obat-obatan, dan semuanya yang biasanya ada di warung.
Warung Rumah Gedong
Waktu itu suka aja! Sebetulnya ibunda enggak suka, rumah besarnya kok ada warungnya di garasi. Kayaknya sih malu! Hehehe.
Buat warung kayak main-main katanya. Iya sih, karena marah saya jadi buka warung, hahaha. Aih sudahlah cerita lama. Lagian sudah tutup lama. Box teleponnya sudah jadi apa tuh!
Sekarang fungsinya kembali menjadi garasi yang berisi barang-barang, alias gudang.
Menjamurnya Warung Bikin Bingung!
Tetangga baru pinggir jalan, Sekarang buka warung juga dengan kelebihannya mempunyai refill air minum. Biasanya segalon dihargai 6ribu. Murah juga dibandingkan air mineral yang terkenal.
Tetangga saya yang di atas yang juga dulunya punya warung sekarang diperbagus lagi dan anaknya yang pegang. Warung ini lebih canggih lagi, bisa bayar pakai ATM atau transfer weh keren!
Banyak pilihan sih sekarang kalau belanja. Di depan rumah ada koperasi yang punya toko juga, kelebihannya toko ada tempat fotokopi. Bisa pesan antar dan transfer juga.
Kayaknya zaman sekarang semua pesanan dari warung kecil sudah merambah ke era digitalisasi.
Ada juga warung jualan berisi sayur mayur, bisa dikirim kerumah memakai jasa OjOl. Memilih produknya bisa pakai aplikasi dan bayar transfer. Canggih.
Cuma tetap saja untuk belanja, saya suka memanggil tukang sayur ke rumah. Tinggal telepon suruh datang ke rumah.
Biasanya kalau belanja 100ribu biasanya transfer via aplikasi keuangan Flip. Lumayan yang biasanya antar bank kena bea 6.500 jadi 0,52 perak aja. Murah kemana-mana benar enggak!
Tetapi semua warung ada kelebihan dan kekurangannya. Tergantung kebutuhan saja, saya bisa mendatangi warung-warung yang ada di sekitaran rumah.
Warung Sesuai Suku
Jajan di warung dekat rumah,, biasanya saya panggil yang suka anter barang "Abang", karena beliau dari Batak.Sama dengan warung yang ada di Jalan ligar Agung, yang punya juga Suku Batak.
Kalau warung sayur mayur yang jaga perempuan, rasanya dari NTT. Saya lupa.
Saya pikir dari suku Ambon, biasa ... kalau sesama suku suka sok akrab hahaha, biar dapat diskon gitu. Ternyata bukan sesuku. Cuma mirip aja.
Warung Besar Masih Tetap Menarik Hati
Kalaupun ingin sekalian cuci mata, barulah saya pergi ke toko yang ada di tengah kota. Alias pergi ke Market besar atau Swalayan.
Di warung besar, alias Supermarket semua bisa didapat. Hanya memang enggak bisa ditawar. Aih, warung kecil juga sama, kecuali tukang sayur deh yang bisa tawar menawar. Lol.
Biasanya di Supermarket kalau pintar pilih barang bisa ketemu produk yang lagi diskon. Nah, kalau lebih murah dari harga grosir biasanya saya suka belanja untuk keperluan warung pribadi saya waktu itu.
Sayang Ananda yang kecil belum lahir, jadi enggak tahu keseruannya jajan di warung pribadi. Sekarang tahunya Supermarket saja.
'nd
Sebetulnya beruntung sih rumah di bukit, jauh dari kota dengan daya tarik tokonya. Sedikit banyak bisa menahan keinginan membeli produk yang enggak diperlukan.
Tetapi sayang, semua sudah serba canggih, enggak usah keluar rumah pun yang diinginkan bisa datang.
Masalahnya cuma dipengeluaran saja menjadi membengkak. Hanya rem di hati saja yang bisa mengatur pengeluaran. Hehehe.
Ah! Emang ga ada uang juga di dompet!
Kalau Sist belanja dimana?
Love, Audy
0 Comments:
Posting Komentar