Ketika orang tua mengkhawatirkan anaknya yang (sudah) pacaran.
Kadang lupa, sebagai orang tua suka keluar gaya otoriternya. "Jangan pacaran, selesaikan sekolahnya dulu! Cari pacar gampang. Kalau sudah kerja lebih asyik kalau ngajak pacarnya jalan-jalan."Kadang ada pertanyaan balik.
"Mengapa enggak boleh pacaran?"
"Apa perlunya pacaran? Malah nanti enggak bisa tidur kalau lagi berantem. Pelajaran nanti terbengkalai, mikirin pacar saja!"
Flash back kembali, dulu masa remaja, kayaknya hormon cinta sudah ada dari masa akil balik. Rasa penasaran muncul ingin mengenal lawan jenis.
Barangkali, dulu enggak ada larangan, atau pembicaraan dari hati ke hati dengan anak-anak, jadi bebas saja. Mau pacaran atau tidak.
Sedikit ketidak sukaan yang saya ingat, ketika mendapat teman yang lebih muda. Ayahanda tidak setuju. Perlawanan saya waktu itu dengan berkata, "Memangnya saya akan menikah?"
Padahalkan kami hanya saling mengenal. Kok rasanya orang tua sudah mulai banyak larangan.
Kalau dipikirkan tentang apa yang terjadi dulu, rasanya, saya tidak bijaksana, dan berat sebelah karena melarang anak untuk pacaran. Walaupun memang akhirnya ada rasa penyesalan. "Mengapa dulu saya pacaran!"
Coba orang tua saya memberikan rambu-rambu yang harus dipatuhi.
Karena itu sebagai orang tua, saya berusaha memberikan pengertian bahwa pacaran itu boleh saja, lebih baik setelah mereka sudah punya uang dari penghasilan sendiri. Kan asyiiik kalau pergi dengan uang sendiri, tanpa meminta dari orang tua.
Dan lagian, banyak pilihan sewaktu muda, entar menyesal kalau buru-buru memilih pasangan.
Tetapi kembali lagi, keputusan ada di tangan Ananda. Saya juga tidak bisa mengekang kehidupan pribadi mereka. Barangkali juga mereka sudah ada incarannya di sekolah atau kampus.
Beruntung saya membiasakan mereka untuk bercerita, jadi saya mengetahui siapa yang mereka incar, atau taksir. Dari pembicaraan ini saya bisa kasih saran harus bagaimana menghadapai pergaulan muda-mudi.
Selalu saya tekankan, lebih baik berteman banyak, daripada hanya satu orang.
Hidup ini masih panjang. Yang dipikirkan ketika melihat seseorang itu sudah paling yahud, ternyata masih ada yang lebih dari pilihan sekarang. Nanti menyesal. Karena kalau sudah terlajur, tidak ada lagi jalan mundur.
"Nikmati masa muda ya, Nak!"
Kalimat yang harus ditelan sendiri, karena enggak munafik, kepengen punya cucu, hehehe.
Love, Audy
🤭
BalasHapus