Pic by Audy Jo |
Ceritadiri.com ~ "Udah tidur belum ya, Dia?
Lagi ngapain? Penasaran tingkat tinggi .... cie ... cie .... Begitulah sekelumit "isi" kepala sebelum si Dia menjadi suami.Ada yang sama enggak dengan perjalanan hidup saya.
Rumah Dia dengan saya, hanya beberapa meter jaraknya. Kebetulan jendela kamar bisa saling terlihat. Rumahnya pas di ujung jalan alias "Tusuk Sate" kata ahli Fengshui.
Mau bikin jadwal pun tinggal kasih kode, hehehe. Ah, cerita zaman itu, sampe dibuat Ebook Dua Jadi Satu Cek deh,
Beruntung tetangga kiri dan kanan di jalan ini hanya empat rumah, termasuk rumah saya. Dua tetangga di kiri tidak tinggal di sini, begitu pula dengan yang satu di kanan.
Empat rumah menghadap pemandangan kota Bandung, jadi seperti villa kalau para tetangga datang berlibur, dan itu juga jarang kelihatan.
Dengan jalan buntu menjadi kelebihan untuk para penghuni rumah, walaupun sekarang di buat jalan menuju perumahan daerah bawah. Biasanya melewati tanaha yang luas di depan rumah. Tetapi karena ditutup dan dijadikan perumahan oleh pengembang, jadilah mengambil jalan setapak melalui rumah tetangga yang ujung sebelah kiri, dibuat jalan setapak.
Sedikit ramai sekarang, karena banyak yang lalu lalang melalui empat rumah ini, karena akses jalan menuju jalan raya.
Kalau sebelum pandemi, masih ada beberapa angkutan umum yang lewat, sekarang saya lihat tidak ada. Dengan banyaknya masayarakat yang sudah mampu membeli kendaraan, rasanya angkutan umum sepertinya mulai ditinggalkan. Kemudahan Ojol kalau saya bilang. Tinggal buka aplikasi kita sudah dijemput di rumah.
Yang menyebalkan sebetulnya bukan dari tetangga kiri kanan, cuma para pendatang yang tiba-tiba sudah nongkorong depan rumah. Kadang sampai malam cekakkak cekikik bergerombolan. Maklumlah rumah di jalan buntu dan menghadap pemandangan kota sungguh indah kalau malam hari. Apalagi kalau malam tahun baru, wah ... pemandangan kembang api sungguh enggak bisa berkata-kata, betapa indahnya.
Kalau jalan buntu seperti ini, serasa milik pribadi itu anggapan saya, padahal jalan termasuk untuk umum karena dibuat pengembang perumahan. Entahlah pengembang sudah pergi kemana. Sudah tidak diurus lagi, jadi semua kembali kepada pemilik rumah masing-masing.
"Ingat enggak waktu itu? tanya saya kepada Hubby. kalau janjian mau pergi kita pakai isyarat tangan. Saya dan Hubby tertawa mengingat masa muda kami berdua.
Kadang suka takjub, bisa mendapat jodoh enggak jauh kemana-mana. Hanya sebatas mata memandang sudah ada jodohnya. Ketakutan sebagai perempuan tak beralasan. Yang mulai memikirkan takut ga dapat jodoh, cari jodoh bagaimana, seperti apa. Wah banyak banget pikiran-pikiran sebagai remaja putri dulu. Apakah semua perempuan begitu? atau hanya saya saja?
Love ... love deh kalau mau dibilang dapat tetangga yang cakep. Semoga teman perempuan yang belum dapat jodohnya, dapat seperti saya ya, tetangga yang ganteng.
Love, Audy
0 Comments:
Posting Komentar