Audy Jo -
Baca juga di KOMPASIANA:
Bullying Luapan Emosi Terhadap Orang Lain
Apa yang terjadi kemaren, jadikan pelajaran berharga.
Lagi ramai tentang tembak menembak kayak di film drama saja. Seru juga. Tapi enggak ngikutin secara jelas. Capek.
Lagi ramai tentang tembak menembak kayak di film drama saja. Seru juga. Tapi enggak ngikutin secara jelas. Capek.
Beritanya tentang pelecehan terhadap seorang isteri, benarkah? Iih kepo. Sudahlah.
Bagaimana, Sist? Ada cerita apa yang bisa dijadikan buku?
Punya buku solo? Kalau saya enggak punya buku solo yang bisa dipegang. Semua kebanyakan buku solo digital. Sudah pernah lihat? Intip dong hehehe, minta di klik nih, bayar pakai aplikasi Gojek
Cek deh di sini . Tinggal pilih
Cek deh di sini . Tinggal pilih
***
Bullying
Bullying atau perundungan, masalah yang masih terjadi di dalam masyarakat.
Apalagi di dalam masa anak masuk sekolah. Kadang sih berkedok pengenalan sekolah, tetapi kekerasan terjadi ketika mulai dengan adanya kekerasan fisik atau dengan beberapa perkataan yang menyakitkan.
Mau menghapus kekerasan ini, rasanya sulit juga. Apalagi kita enggak bisa mengontrol keadaan di sekitar kita.
Setiap orang berbeda sifat dan lakunya. Berharap bertemu dengan orang yang baik.
Rasanya dari zaman dulu kekerasan sudah ada. Apalagi Indonesia pernah dijajah.
Sudah sifat manusia kadang ingin dominan satu dengan lainnya. Hanya kadarnya yang berbeda.
Setiap perjalanan kehidupan seseorang akan mempengaruhi kadar sifat manusia. Benar enggak?
Perundungan Untuk Semua?
Apa ada perundungan kepada perempuan? Rasanya sesama perempuan pasti saling menghormati, yaaa. Kan perempuan untuk perempuan saling bantu.
Perundungan masalah yang rentan di antara kita semua. Jadi hampir semua kena perundungan.
Di dalam pergaulan sesama perempuan biasanya ada ujaran negatif biasanya dengan verbal atau media sosial.
Saya juga tanpa sadar, suka berpikir, "ih kenapa gayanya seperti itu?" Berpikir secara negatif. Saya tidak mengenal orang itu, kenapa harus memberikan komen yang negatif. siapa saya, berani men-judge seseorang. Cepat minta ampun ke yang di Atas.
Baca juga : Melawan Emosi Kejiwaan yang Terpendam
Social beauty bullying biasanya mengomentari penampilan make up wajah, bentuk badan, juga penampilan cara memakai baju yang rasanya tidak sesuai dengan selera kita. Tentulah selera orang berbeda satu dengan yang lain. Berpikiran sempit, serasa kita adalah yang paling benar dan paling cantik.
Setiap perkataan kita, yang langsung kita tujukan kepada sesama perempuan membuat orang itu bisa menjadi depresi, kondisi mentalnya terganggu.
Pernah nonton sekilas wawancara artis Indonesia asal Korea. Dengan fasih berbahasa Indonesia menceritakan kalau di Negara Korea, kalau wajah kamu cakep atau cantik, tawaran jadi artis besar, uang banyak. Kalau muka jelek susah, biarpun kamu pintar. Jadi setiap anak SMA dapat hadiahnya operasi wajah. Kamu Cantik, dapat suami kaya, uang banyak enggak main-main.
Baca juga : Depresi Pagi Hari Bangun Tidur
Mendengar perkataan artis itu saya tertegun juga, apakah separah itu ya? Hanya penampilan fisik luar. Betambahnya umur semua juga keriput. Entahlah apakah hasil operasi akan tetap sama? Benang operasi apa enggak leyot juga, hahaha. LOL.
Tanah Air Masih Menjadi Yang Tercinta
Jadi teringat sewaktu saya belajar di Ausie, hehehe belajar dan main. Waktu itu saya punya teman dari Korea. Teman saya mengatakan, dia merasa tidak dihargai karena dia bekerja di bidang yang banyak lelakinya. Jadi harus kuat enggak boleh lemah. Persaingan ketat. Mendengar itu saya merasa, "Betapa Indah dan amannya tinggal di Indonesia."
'nd
Untuk mengatasi kondisi perundungan yang masih ada di sekitar saya dan keluarga. Anak-anak dari kecil sudah diajarkan ilmu beladiri. Sedikit banyak menaikkan rasa percaya diri mereka dalam menghadapi situasi yang kurang baik.
Beberapa nasehat juga saya dan Hubby sampaikan untuk kedua anak kami.
Semoga harapan sebagai orang tua tidak ada yang terlalu berat di dalam kehidupan perjalanan mereka.
Hanya doa yang bisa saya dan Hubby panjatkan supaya selalu dalam lindungan Tuhan Yang Esa.
Love, Audy
Ditulis juga di Kompasiana
0 Comments:
Posting Komentar