Penasaran sih. Barangkali mahal kalau langganan bulanan. Ternyata tidak, hahaha.
Sudah pernah baca koran mingguannya? Di halaman tengah ada TTS alias Teka-Teki Silang, hahaha. Kebiasaan mengisi TTS, sudah lama beliau lakukan.
Pas hari ini pungut koran di kursi depan. Eh, kok di kursi ya? Biasanya tergeletak di lantai garasi rumah. IIh, baru sadar. Siapa yang pindahin ke kursi teras? Biasanya suka sudah keduluan beliau ambil koran. Memang khusus bacaan ibunda. Jadi enggak ada yang berani hehehe, apalagi ngisi TTS, entar kena "semprot".
Samakah dengan ibunda, Sist?
Baca juga : Pesona Lungsuran Tak Pernah Pudar
Penuliss Harus Rajin Baca
Iseng buka, baca isinya ahhh aku banget, sama kayak aku! Langsung deh, terbayang perjalanan lungsuran yang sudah diterima.
Apa sih yang dimaksud Lungsuran?
Kalau cek di KKBI V, artinya pakaian bekas alias barang lama dan sebagainya. Berarti bukan pakaian saja. Kadang buku bekas, piring antik. Dalam artian enggak bekas dalam arti sebenarnya juga bisa, gitu sih yang aku tangkap. Gimana, nangkep penjelasannya? hehehe.
Kalau suruh baca buku kesukaan sih mau saja, asal jangan buku soal keuangan eits, yang berat banget isinya, suka kebawa ngantuk alias ketiduran di atas buku. Hem, coba bayangin dulu pose tidurnya, lol.
Buku kesukaan seperti novel bisa lima kali dibaca bolak balik. Apalagi, ceritanya kena banget. Sudah baca cerita apa nih, Sist?
Baca juga: Pola Asuh Mama Yang Berbeda
Lungsuran yang Sayang Dibuang
Punya boneka sewaktu SMP, masih apik semuanya. Warna dan penampilannya masih seperti waktu pertama kali dibeli. Rencananya sewaktu beli, buat anak saya kelak.
Ternyata yang ditunggu baru datang setelah lima belas tahun pernikahan. Beruntungnya boneka masih bagus sampai saat ini. Walaupun suami sudah menyuruh buang. Sayanggg!
Sepertinya kebiasaan anak menular dari orang tua. Ibunda juga suka menyimpan barang kenangan punya ibunya juga. Seperti emas juga bros yang bukan dari emas. Hehehe tahu bukan dari emas, karena ... tet.
Sayangnya karena zaman dulu baju pengantin ibunda modelnya Baju Bodo, kayaknya enggak masuk dengan keinginan zaman 1993.
Akhirnya, dipilih model Internasional standar Hitam untuk calon suami dan putih dress untuk saya.
Baju Rasa Baru Lungsuran Mama
Walaupun trend berubah terus, tapi yang saya perhatikan pasti kembali ke zaman kuno.
Old fashion its back!
Beruntung memiliki baju yang tak lengkang oleh waktu. Bisa dipakai setiap zaman.
Baju putih itu masih saya simpan dalam gantungan plastik untuk saya nanti ... tet. Bisa juga barangkali anak saya mau pakai, semoga saja.
Zaman anak milenial takutnya juga sudah berubah keinginannya. Mau yang lebih modern, simpel elegan. Barangkali juga mau pakai kebaya. Enggak tahu juga dapat jodoh orang Indonesia atau bule.
Saya rasa baju dari tahun 70an masih ada. Baju lungsuran dari Ibunda, saya pakai waktu SMP. Sekarang dipakai anak perempuan saya yang SMP juga hahaha. Bahannya bagus jadi memang tidak berubah.
'nd
Beruntung setiap baju lungsuran yang ada, dicuci dengan baik.
Yang terpenting dari cucian itu pada saat menjemurnya.
Setiap bahan yang jelek atau bagian dalam baju berada di sisi luar. Sehingga cahaya matahari tidak merusak bagian luar bahan baju.
Kalau bisa pun menjemur tidak langsung kena cahaya matahari.
Ada baju lungsuran Sist?
Love, Audy
0 Comments:
Posting Komentar