"Maafkan saya belum pernah menjadi orang tua!"
Siapa yang sudah pintar mengurus anak tanpa ada kesalahan sedikit pun? Saya salut kalau ada.
Pernyataan Standar
Tujuan utama tentu agar anak bisa mandiri. Rasanya pernyataan ini ada disetiap pikiran para orang tua, benarkah?
Begitu juga dengan saya, mulai anak-anak kecil, pernyataan ini sudah mulai ada. Tujuan utama melihat mereka kecil tentu cepat membesarkan. Enggak mungkin mereka kecil terus.
Dengan kondisi saya saat itu, rasanya semua tanggung jawab harus mereka bisa melakukan. Mulai dari mandi sendiri, makan, membuat masakan standar, semua yang saya anggap dasar pegangan kehidupan.
"Kejam" Untuk Kebaikkan
Memang rasanya kejam, tapi harus saya lakukan karena saya merasa "tidak ada waktu" lagi untuk saya.
Alhasil dengan keterbatasan, mereka bisa melakukan minimal untuk bisa bertahan.
Kadangkala ketika saya sakit, anak-anak bisa men-suport diri mereka sendiri. Ketika lapar bisa memasak nasi, menceplok telur, atau masak mie. Standar bumbu pun sudah saya ajarkan.
Meminta pertolongan ketika saya sakit mereka bisa melakukan memberi makanan yang saya butuhkan seperti "oat meal". Si kecil sampai saat ini adalah yang paling jago kalau membuat bubur ini. Saya sendiri kadang merasa ... "lah, kalau buatan ade lebih enak!"
Ada Sedikit Jarak
Ketakutan yang saya rasakan kadangkala membuat ada sedikit jarak di antara saya dengan anak-anak. Saya berprinsip jangan terlalu dekat. Kalau saya "pergi" mereka tidak akan terlalu sedih. Sedikit omelan saya terima dari hubby. "Salah mikirnya seperti itu!" Nikmati saja waktu yang ada, sudah menunggu lama punya keturunan, harusnya lebih dekat." Mencoba memperbaiki, ternyata mereka sudah remaja dan dewasa. Sudah dengan kegiatannya masing-masing.
Tidak Ada Kata Terlambat
Anak-anak tetap dengan sifat dasarnya yang diajarkan saya dan suami. Mereka tetap sederhana, terus berbicara kalau diajak berbicara. Hahaha. Kebiasaan di keluarga untuk selalu ngobrol. Apalagi, hubby setiap pulang kantor pasti menayakan kegiatan saya dan anak-anak di rumah. Kebiasaan laporan lol.
Kebiasaan menjadi biasa sampai sekarang. Dengan permasalahan baru di masa remaja ini, saya tetap memberikan masukan, mengajarkan bagaimana kondisi seorang remaja yang baik itu bagaimana.
Remaja Yang Bergejolak
Memasuki usia remaja banyak persoalan yang terjadi. Mulai dari mulai "melihat" lebih lawan jenisnya. Bertanya "kalau begini", "kalau begitu".
Dirasa cukup usia untuk diberikan tanggung jawab untuk mengelola tabungan sendiri. Ternyata masih belum bisa mengatur dengan baik. Ya, sudah biar menjadi pelajaran. Menyesal? Kembali lagi kesabaran, dan berlapang dada harus menguasai hati. Sedih? Sedih pastinya.
Seorang Mama Itu Harus Lebih Pintar
Bersyukur sedikit banyak ada ilmu pengetahuan mengenai anak-anak memasuki masa remaja. Mulai dari perawatan wajah, badan dan attitude. Sebisanya saya terapkan di dalam kehidupan mereka.
Ilmu apa saja untuk zaman sekarang sudah mudah dicari dan dipelajari.
Jadi, kadangkala ketemu seorang ibu yang mengatakan, "Duh saya gaptek, ga bisa." Saya selalu jawab, "bukan gak bisa, tetapi malas belajar!"
'nd
Setiap anak-anak ada masalahnya sendiri. Sebagai orang tua tetap mengawasi memberikan masukan. Kadang sedikit cerewet, tetapi berusaha cepat meredam.
Jadi teringat nasihat dari para orang tua yang sudah melewati fase ini. "Nikmati saja masa ini, karena setiap bertambahnya umur momen bersama anak-anak akan berubah terus. Kesusahan akan berbeda-beda di umur mereka."
Sebagai orang tua terus harus belajar, bagaimana menghadapi sifat anak-anak. Walaupun pernah di posisi mereka, tetapi zaman berubah, perilaku yang disebabkan lingkungan di era mereka juga mempengaruhi.
Enggak ada orang tua yang sempurnakan?
Love, Audy
0 Comments:
Posting Komentar