Di Pulau kecil dengan banyak hutan, kadangkala, ketakutan datang kala malam menjelang.
Apalagi dengar suara jeritan.
Suara monyet hutan, banyak berkeliaran, apalagi babi hutan.
Kalau ular sudah biasa datang ke perumahan. Iih, bukannya berani ngobrolin ini. Takut! Kadang masih berpikir, bagaimana bisa ada di kayu dekat plafon genteng. Barangkali dari pohon?
Makanya, di umur masih muda, saya dan adik-adik lebih waspada dengan sekeliling. Cuma yaaa namanya anak-anak, bandel enggak bisa dilarang.
Main bisa sampai di pinggiran jurang.
Ada satu tempat yang biasa didatangi.
Kalau di perumahan ada kepala atau bosnya perusahaan tempat ayahanda bekerja. Kita sebut saja "Kepala Lapangan", rumahnya besar.
Di pinggirnya ada jurang yang bisa dilalui menuju ke pantai. Bagus pemandangan dari pinggir rumah itu.
Penasaran, karena ada tanaman berbentuk seperti tabung seperti tempat menampung air. Biasanya setelah hujan penuh dengan air.
Katanya sih buat tempat minumnya si monyet hehehe. Beruntung, kalau lagi ambil tanaman enggak ketemu sama yang punya "gelas itu".
Di samping rumah ada pohon, yang diberi tali rami untuk memanjat seperti "Tarzan". Berteriak gayanya anak-anak. Keisengan suka terjadi, karena di depan rumah kami ada hutan yang suka ramai dengan suara-suara. Biasanya kalau tidak monyet hutan, suara babi hutan.
Suara teriakkan anak-anak, suka berbalas dari dalam hutan hahaha.
Banyak kenakalan yang terjadi, tetapi semua lewat dengan kegembiraan. Ah, kalaulah peristiwa itu bisa di abadikan dengan video dari kamera handphone. Pastilah keseruan itu bisa diceritakan secara nyata.
Setelah lulus Sekolah dasar, saya sekeluarga pindah ke kota besar. Dari hutan masuk kota hahaha. Eits, enggak seperti di film yaa seperti "Benyamin Masuk Kota".
Kebiasaan orang tua saya suka memperkenalkan kehidupan mewah sejak saya kecil. Apalagi kedua orang tua suka berpesta.
Ayahanda yang berdarah Ambon, memperkenalkan dansa dari kami kecil.
Dengan suara merdunya, sering bernyanyi di acara yang diadakan perusahaan. Iya, perusahaan tempat Ayahanda cukup beken pada saat itu. Siapa yang tidak kenal dengan perusahaan minyak negara. Pertamina.
Sudah dikenal dengan kehidupan pestanya juga. Perusahaan sangat memanjakan pegawainya. Mulai dari listrik, telepon sampai rumah semua dipakai gratis. Apalagi kalau sudah menjadi pegawai yang punya jabatan, dihormati.
Paling senang kalau sudah masuk di bulan Desember. Banyak hampers numpuk di rumah. Mulai dari minuman, buah, kue, makanan, ah uang juga ada, sayang waktu itu masih belum bisa pegang uang hahaha alias belum dipercaya. Kan masih anak ingusan hahaha.
Karena tinggal di Pulau, setiap bukan Desember biasanya, saya dan keluarga berlibur di Jakarta, menginap selalu di Hotel. Bintangnya enggak tahu kalau zaman itu. Kalau sekarang sudah tahu tempat saya dan keluarga menginap. Hotel Hyatt, Borobudur, Sari Pan Pacific, masih banyak lagi.
Kebiasaan kecil, terbawa sampai sekarang, cita rasa kamar hotel diaplikasikan di kamar sendiri.
Masih tinggal di perumahan perusahaan, semua serba gratis. Pergi sekolah dengan transportasi bis dari perusahaan. Semua anak-anak pegawai dimanjakan dengan antar jemput bis sekolah. Sepertinya supaya orang tua tidak kuatir atas keselamatan anak-anaknya.
Berpindah-pindah rumah, sesuai tingkatan dan jabatan sudah biasa saya dan keluarga rasakan. Hanya membawa koper berisi baju dan barang kesukaan ibunda, seperti keramik, guci tua.
Pengalaman berdikari dirasakan ketika diakhir sekolah SMP. Orang tua harus pindah lagi ke Cirebon. Belajar mandiri, naik bajaj dan bis umum, tinggal di tempat Om, kakak ayahanda yang besar.
Berdua dengan sepupu, saya pergi ke sekolah. Kemana-mana mengikuti kakak sepupu saya yang cantik.
Jarak yang jauh dengan orang tua, tidak menyurutkan keberanian untuk mencoba berbagai transportasi, seperti kereta api atau travel. Pulang pergi Jakarta-Cirebon sering dilakukan ketika hari libur sekolah. Sampai sekarang, kalau naik kereta api indentik dengan bau telur rebus. Heemmm.
Akhirnya, setelah selesai sekolah dan lulus. Saya pindah ke Cirebon melanjutkan pendidikan SMA di sekolah Katolik Santa Maria I.
Selanjutnya, ...
Love, audy
0 Comments:
Posting Komentar