Ceritadiri.com ~ "Wow! Rumput mengelilingi rumah."
Kalimat pertama ketika sampai di depan rumah Bandung.Sebetulnya hanya 4 rumah di jalan Ligar Cantik ini. Tapi sepertinya hanya rumah kami yang ada penghuninya. Rumah lain hanya sebatas tempat berlibur saja.
Jalan aspal di jalan buntu ini juga sudah mulai bolong.
"Waktu itu pak RT sudah nawarin mau aspal jalan. Biayanya 25 juta. Sudah minta patungan sama tetangga tapi enggak ada suaranya. Jadi Mami enggak bisa apa2. Begitu kata beliau."
Susah juga kalau bertetangga tidak saling bantu. Alhasil lingkungan rumah seperti ditinggalkan penghuninya.
"Kalau tukang rumput ada, Mi?" Penasaran nih mengapa rumput seperti ilalang ditinggalkan tinggi.
"Ada tapi sakit. Begitu kata beliau. "Kebanyakan ambil job dan enggak makan jadinya 'tumbang', masih istirahat."
Percakapan ini diulang lagi dua hari kemudian, tetap menanyakan tukang rumput langganan.
"Belum ketemu, Bu!" Sahut si Mba di rumah menyahut pembicaraanku.
"Lah tadi lihat sudah motong rumput tetangga," kata ibunda.
"Tadi sih dari tukang angkut sampah, tukang potong rumput kasih jobnya ke dia," kata si Mba.
"Eh ... kok begitu, kita kan kasih bayarannya sesuai ya, Mba? Kenapa kok begitu." Suara Ibunda naik 1 oktaf. Hehehe yang mendengar jadi sedikit geli, Ibunda ditolak tukang rumput.
"Beliin alat potong rumput sendiri, Di!" Teriak Ibunda jengkel.
"Iya ... iya...."
Mencari alat yang dimauin dengan harga yang pas itu memerlukan waktu, tenaga dan pikiran.
Kadang ke toko sampai dua kali alat itu dengan harga pas enggak ada.
Sampai keluar ultimatum, "udah nanti Mami bayar sendiri! Beli yang aga mahal ga apa-apa."
Hehehe sebagai anak gimana tuh .... Ibunda semangatnya tinggi.
Akhirnya coba cari di toko online Tokopedia, eits enggak dibayar ya buat promosi ini Hwhwh.
Merk banyak, harga berbeda-beda bingung ..., akhirnya ambil saja yang ada merknya harga jangan terlalu mahal. Pesan pagi kira-kira pukul 8an, sampai rumah pukul 11.00 wuih cepat sudah sampai.
0 Comments:
Posting Komentar