Gangguan kecemasan tanpa disadari membuat ketakutan di diri. Memandang setiap hal pasti berujung kematian.
"Jangan
Ambil Apelku!"
Kalimat di atas sepertinya biasa saja dalam suatu pertengkaran, memperebutkan sebuah apel. Biasanya dilakukan anak-anak yang masih kecil. Tapi kalau seorang dewasa yang mengucapkannya terhadap anak kecil, itu sesuatu yang ganjil.
Pernah terpikirkan atau mengalaminya? Sebagai seorang perempuan yang baru melahirkan hal tersebut pernah dialami olehku.
Kecemasan termasuk mental health yang bisa merugikan.
Ada beberapa hal, tanpa disadari melanda diri dan bagaimana pengobatannya :
Kecemasan Yang Mengganggu
Karena aku
orangnya suka mencari kesempurnaan, jadi setiap kondisi yang ada aku
perhatikan, catat. Kalau oleng kenapa? Bagaimana cara menanganinya. Makanan apa
yang harus di makan kalau lagi datang kecemasan aku berbaring, mencari kekuatan sambil berbaring miring
menyeruput oatmeal cair.
"Tolong bikinkan oatmeal,
Nani!” kadang aku berteriak kepada pembantu dan pengasuh andalanku, sama seperti namanya
kalau dibaca secara Inggris seperti Nanny.
Kadang sambil berjalan, aku mengetahui kalau berjalan sambil berjinjit itu terasa enak, badan tidak oleng. Seperti menyeimbangkan badan, tegak lurus. Rasanya seperti penari balet. Pegal?
iya tentu saja. Yang tidak pernah berjalan jinjit sekarang pola jalan berubah. Terkadang tiba-tiba berkeringat. Ya ampun! tahu sendirikan yang sudah pernah ke Bandung. Udaranya dingin tapi aku bisa berkeringat banyak. Orang rumah juga bingung melihat aku seperti itu.
Apakah Ini Perubahan Hormon?
Kadang bertanya kepada diri sendiri. Untuk keadaan ini aku menemukan cara supaya keringatku tidak
membasahi wajahku. Ikat ujung handuk kecil yang satu dengan yang lain menjadi
seperti bando dikepala. Kadang merasa
geli sendiri, kok seperti abang tukang becak yang sedang menarik penumpang. Mengayuh pedalnya disiang hari.
Berkeringat.
Tapi semua kulalui dengan ketabahan, jalani saja, berserah kepada
Tuhan. Pasti semuanya akan lewat dan mengalami
kesembuhan.
Keluarga tinggal dirumah Mami, atau istilah kerennya rumah Mertua Indah, kata suamiku.
Terletak di bukit Ligar jauh dari kota
Bandung, untuk mencari makanan lebih susah, tidak ada restaurant, supermarket.
Hanya warung dan toko kecil. Kalau sudah sampai di rumah, malas ... kalau mau pergi lagi, karena
harus mengambil waktu untuk turun dari bukit.
Saat suami akan pergi ke Jakarta, mencari pekerjaan. Kami kadang
menyiapkan persediaan makanan. Biasanya ada persediaan susu, makanan sereal,
bubur bayi, buah-buahan. Khusus untuk buah, biasanya aku mempunyai jadwal makan
jam 10.00 pagi dan jam 16.00 sore.
Siap siaga dengan kelemahanku, aku ingin semua
sempurna. jadi semua jadwal pribadiku dan anak-anak sudah diatur. Baik itu jadwal makan dan minum susu untuk
kedua anakku .
Jadwal untukku juga sudah diatur kapan aku sarapan, makan
selingan, makan siang. Juga masak makanan apa yang boleh aku makan. Sampai cara
pembuatannya, minyaknya bagaimana, kematangannya juga.
Ahh, Cerewet Banget Aku Ini
Jadi pada saat persediaan buah-buahanku berkurang aku menjerit. Keponakanku tercinta minta apel.
“Mikha minta apel satu boleh, Mamong?"
Aku dengan pelitnya berkata “tidak boleh” nanti habis persediaan Mamong.
Tertegun wajah keponakanku Mikha, seperti tidak percaya. Karena
biasanya apa saja yang ada aku berikan.
Mamong … aku juga tidak
mengerti panggilan sayang untukku, julukan ini diberikan oleh adikku Dee. Aku dan suamiku mempunyai panggilan sayang Papong dan Mamong. Jadi semua keponakanku, anak adik-adikku memanggil aku dan
suamiku seperti itu, katanya bahasa Perancis.
Bener enggak yaa!
Sedih rasanya kalau mengingat saat itu, seperti tak percaya wajah
keponakanku melihat aku, hanya karena sebuah apel, aku tega berkata tidak,
padahal keponakanku ini “anak pertamaku” sebelum anakku lahir.
Aku membesarkan seperti anakku sendiri, memandikan menyuapi, menyanyikan lagu untuknya. Setiap siang aku bacakan cerita. Menemani dia tidur siang, karena orangtuanya,
adikku Dee dan suaminya bekerja.
Apakah karena
kecemasanku? Sehingga aku tega melarang
keponakanku makan apel. Walau hanya satu!
Perlu di kelilingi oleh orang-orang tercinta
Bersyukur dikelilingi oleh orang orang
tercinta. Membantu dalam masa pemulihan. Pembantu ada 3 orang semua bisa memasak, mengasuh bayi dan
membantu membereskan rumah.
Karena aku hanya mau berbaring. Karena kami
tinggal dirumah mami, jadi setiap keluarga mempunyai satu pembantu untuk
mengurus kami. Bayar masing-masing tapi untuk pekerjaannya mereka mengurus
semua keluarga yang ada dirumah mami. Saling bantu.
Untuk
anak-anak dan keponakan yang masih kecil
biasanya ada satu orang yang khusus untuk mengurus. Memberikan makanan, memberikan
susu, dan memandikan. Jadi “nanny” ini yang
merawat anak-anak dan keponakkanku yang masih bayi. Bersyukur aku punya pembantu yang pintar.
Dalam keadaan darurat bisa minta pertolongan
mami untuk menjaga bayi Abigail. Tapi tetap saja aku harus tahu diri, karena
umur mami sudah tidak muda lagi.
Pasrah dan berserah kepada Tuhan.
Banyak hal yang terjadi didalam hidup, tidak
sesuai dengan keinginan kita. Walaupun dikejar, diusahakan, tapi kalau Tuhan
belum berkehendak semua tidak akan terjadi. Tapi yang pasti, kita harus
mengejar yang Empunya Kuasa, pasti semuanya akan terjadi.
Love, Audy
Reff: Wikipedia
Tulisan ini diikutsertakan dalam 15 Days Writing Challenge Blogger Pemula