Menu
Ngalor Ngidul yang Membuat Sehat
Nah, begitu kalau bertemu dan mengobrol secara langsung.
Walaupun hanya secara online.
Tiba-tiba ide banyak bermunculan.
Sesuaikan ide dengan yang ada di lapangan.
Enggak ada salahnya sih, mencoba sesuatu yang baru.
Yang penting ide itu di eksekusi.
Jangan cuma wacana saja.
Di masa pandemi jarang bertemu seseorang, sehingga keinginan untuk berbicara banyak seperti tersendat.
Melalui online rasanya beberapa ribu kata harus disalurkan hahaha malah bisa menjadi dominan dalam pembicaraan.
Untung masih bisa mengerem, dan menata kembali pakem cara bicara yang benar.
Semogalah dimaafkan karena kelancangan yang ada.
Terlalu antusias.
Senang mengetahui kalau pada sehat.
Berdoa untuk yang sedang dalam musibah atau dalam perawatan karena sakit.
Kalau sudah mendengar kata sakit, rasanya yang di dalam hati ingin keluar mengadu.
Entah yang akan diberondong tembakkan ribuan kata masih bisa menerima tidak?
Jadi ...?
Telan lagi rasa ingin mengadu itu. Mengadu saja ke Atas.
Mendapat energi baru setelah berbincang.
Banyak hal ingin dilakukan. Untung langsung dieksekusi,
... kalau malas sudah pasti menjadi dingin kembali semangat membara itu.
Semoga pandemi ini cepat berlalu dan bisa ngobrol secara bebas lagi.
Love, Audy yang rindu ngobrol ngalor ngidul di Bandung
Ternyata Umurku ...
Melemparkan kalimat tentang usia kadang banyak yang mengambil hikmahnya.
Seperti tersadar. Ternyata perjalanan hidup yang ada tidak pernah diperhatikan dengan bijaksana.
Tetapi memang seperti itu. Makanya kebanyakan kalimat bijaksana keluar dari mulut para sesepuh atau para tetua.
Benar enggak?
Sudah sampai di umur tertentu, sudah bisa mengucap syukur. Sudah sampai tahapan ternyata yang paling penting dari semua hanyalah kesehatan yang penting.
Coba direnungkan kembali kalau ada yang memilih kekayaan.
Benar juga sih. Saya juga berpikir seperti itu. Tetapi setelah datang beberapa penyakit. Ternyata uang mengalir keluar terus. Kalau sudah begini pasrah dan mengucap syukur saja.
Bagaimana sudah mengucap syukur hari ini?
Love, Audy
Gong Xi Fa Cai
"Lah! Libur?"
Hari apa?
Pertanyaan beruntun karena terkaget. Sewaktu membangunkan si kecil untuk pergi sekolah.
"Imlek, Ma!"
"Kok mama ga tahu, ya?"
Begitulah kira-kira perasaan yang terjadi. Setelah dua tahun lebih tidak memperhatikan tanggal merah.
Yang diperhatikan hanya hari berganti hari saja. Hari senin, selasa, rabu terus sampai kembali lagi ke hari senin. Tanpa terasa yess sudah sebulan berlalu.
Kalau biasanya, sebelum pandemi terlihat warna merah keramaian di mall, sekarang hanya bisa melihat berita saja di televisi. Sepertinya sih ada ya di mall?
Kalau membaca kata Imlek, di benak sih indentik dengan warna merah dan uang. Hehehe benar enggak? Walaupun sudah tidak muda lagi masih berharap sih ada yang kasih angpao. Ahhh! Ibu ..., ibu!
Sebetulnya apa sih imlek itu?
Tahun Baru Imlek
Hari Raya Tradisional Tionghoa
Tahun Baru Imlek
merupakan perayaan terpenting orang Tionghoa.
Perayaan tahun baru imlek dimulai pada hari pertama bulan pertama (Hanzi: 正月; pinyin: zhēng yuè) di penanggalan Tionghoa dan berakhir dengan Cap Go Meh (十五暝 元宵節) pada tanggal ke-15 (pada saat bulan purnama).
Malam tahun baru imlek dikenal sebagai Chúxī (除夕) yang berarti "malam pergantian tahun". Wikipedia
Dengan kalimat lain Imlek itu Tahun baru buat orang Tiongha. Meriah banget dengan kembang api dan petasan.
Seandainya saya duduk di pinggir sungai daerah pelabuhan Victoria Hongkong.
Source wikipedia |